Konversi Kendaraan Listrik Vs Beli Baru, Mana yang Lebih Ekonomis?
Pemerintah tengah menggencarkan kampanye penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai. Presiden Joko Widodo bahkan telah mengeluarkan Instruksi Presiden no.7-2022 yang mewajibkan kendaraan dinas untuk menggunakan mobil listrik.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan terdapat dua cara untuk pengadaan kendaraan listrik yaitu dengan konversi dan beli kendaraan baru. Metode konversi dilakukan dengan mengubah kendaraan berbahan bakar fosil menjadi bertenaga baterai listrik.
"Kita nggak bisa ngomongin presentasi skema tertentu karena tergantung keekonomian masing-masing skema terhadap jenis kendaraan dinas. Mana yang lebih ekonomis, pasti skema itu akan lebih banyak digunakan," kata Budi di Indonesia Electric Motor Show, Rabu (28/9).
Lantas dari kedua metode tersebut mana yang paling ekonomis?
Budi mengatakan skema konversi dapat lebih ekonomi untuk kendaraan roda empat. Namun pada kendaraan roda dua, beli baru dinilai lebih ekonomis.
Budi mencatat biaya konversi sepeda motor menjadi KBLBB mencapai Rp 15 juta per unit. Sementara sejumlah merek sepeda motor listrik baru dijual di kisaran Rp 16 juta per unit.
"Konversi sepeda motor menjadi KBLBB belum tentu lebih ekonomis saat ini. Kalau konversi mobil menjadi KBLBB mungkin bisa masuk skala keekonomiannya," kata Budi.
Berdasarkan penelusuran Katadata.co.id, setidaknya ada empat produsen sepeda motor listrik di Indonesia Electric Motor Show atau IEMS 2022. Keempat produsen sepeda motor listrik tersebut adalah PT Terang Dunia Internusa (United), PT Davigo Artha Luas (Davigo), PT Astra Honda Motor, dan PT Volta Indonesia Semesta.
Salah satu sepeda motor listrik yang dimaksud Budi dapat ditemukan di IEMS 2022, yakni Davigo Forza. Sebagai informasi, Davigo Forza merupakan hasil produksi PT Davigo Artha Luas.
Konsumen dapat langsung mengendarai Davigo Forza dengan merogoh kocek senilai Rp 14,7 juta. Sepeda motor listrik tersebut dapat melaju hingga 50 kilometer per jam (Km/h) dengan jarak tempuh maksimum 60 Km.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan bahwa pemerintah telah menargetkan 1.000 konversi sepeda motor hingga akhir 2023. Motor hasil konversi itu akan jadi milik PLN dan Pertamina yang digunakan di lingkup kementerian dan lembaga.
Hingga 19 September 2022, pemerintah baru mengonversi 120 sepeda motor menjadi sepeda motor listrik. Seluruh sepeda motor listrik tersebut sedang melalui uji coba ketahanan 10.000 Km.
Arifin menyebut, program konversi motor listrik ini masih terbatas pada proyek percontohan dan belum ditujukan untuk kepentingan komersial. Walau begitu, pemerintah membuka akses bagi warga yang ingin mengonversikan motornya menjadi kendaraan listrik di empat bengkel resmi yang telah menjalani pelatihan.
International Energy Agency (IEA) dalam laporannya menunjukkan bahwa prospek mobil listrik dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Pada 2021, pangsa pasar mobil listrik global tercatat sebesar 8,57%. Angka tersebut naik sekitar dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang sebesar 4,11%.
Penjualan mobil listrik juga meningkat hingga mencapai 6,7 juta unit pada 2021. Angka ini tumbuh 116,13% dibanding penjualan tahun 2020 yang hanya berjumlah 3,1 juta unit.