Beras Impor Tiba di Pelabuhan Tanjung Priok
Beras yang diimpor oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog sudah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perum Bulog tengah melakukan monitoring pembongkaran beras impor tersebut pagi ini, Jumat (16/12).
Hal itu disampaikan Humas Perum Bulog melalui undangan liputan yang diterima Katadata.co.id.
"Menyampaikan undangan liputan media perihal monitoring pembongkaran beras impor," tulis undangan tersebut.
Pembongkaran beras impor dilakukan di Kade 115, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyatakan bahwa Bulog ditugaskan untuk membeli beras di luar negeri sebanyak 200.00 ton atau senilai Rp 1,8 triliun. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menekankan bahwa beras impor tersebut hanya untuk memenuhi kuota cadangan beras pemerintah atau CBP yang dikelola Bulog.
Namun demikian, Arief mengatakan bahwa Bapanas masih akan memprioritaskan beras lokal dalam mengisi CBP Bulog.
"Kita kan sebentar lagi panen raya juga, harus dipikirkan nanti saat panen raya, Bulog masuk pemenuhan barang CBP," ujar Arief.
Beras impor lebih murah
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan harga beras yang diimpor lebih murah dibandingkan dengan produksi lokal. Namun demikian, pemerintah melalui Bulog akan memprioritaskan penyerapan beras petani lokal.
Dia mengatakan, harga beras lokal yang dijual saat ini berkisar antara Rp 9.200-Rp 9.700 per kg. Sementara harga beras impor berada di bawah Rp 9.000 per kg. "
"Yang jelas harganya lebih murah. Kita belinya di bawah Rp 9.000 per kg," ujar pria yang kerap disapa Buwas ini usai Rapat Kerja dengar Komisi IV DPR, Rabu (7/12).
Namun demikian, Buwas belum merinci asal negara beras impor tersebut.
Cadangan beras Bulog merosot menjadi 295 ribu ton, jauh di bawah stok ideal sebesar 1,2 juta ton. Bulog berupaya untuk menyerap CBP dari petani dalam negeri, namun upaya tersebut tidak optimal karena stok menipis.
Pemerintah pun akhirnya memutuskan untuk impor beras dalam rangka meningkatkan stok CBP. Pasalnya, CBP yang minim dinilai tidak akan mampu melakukan intervensi pasar jika ada gejolak harga.