PHK Manufaktur Berdampak pada Investasi, Pemerintah Siapkan Insentif
Maraknya pemutusan hubungan kerja atau PHK di sektor padat karya berdampak pada investasi. Pemerintah saat ini sedang merumuskan kebijakan untuk mengatasi kondisi industri padat karya tersebut.
"Tentu adanya PHK ini berpengaruh terhadap investasi yang ada di Indonesia. Karena dunia lagi slow down, beberapa negara tujuan kita sedang kontraksi, pasti berpengaruh. Jadi problemnya di global market nya," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, di Karawang, Kamis (12/1).
Susiwijono mengatakan, fundamental makro ekonomi di Indonesia sebenarnya masih sangat kuat tahun ini. Oleh sebab itu, pemerintah optimis Indonesia dapat bertahan di tengah resesi global.
Dia mengatakan, tidak semua industri padat karya melakukan PHK. Industri yang PHK lebih banyak yang mengandalkan ekspor. Di sisi lain, permintaan global anjlok akibat adanya resesi.
"Permasalahannya ini di pasar global ya, di permintaan globalnya. Makannya beberapa sektor yang mengandalkan ekspor itu kemarin terdampak. Contoh tekstil, garmen, alas kaki dan furniture. Karena permintaan di internasionalnya berkurang, mau nggak mau mengurangi produksinya, jadi konteksnya itu," ujarnya.
Susiwijono mengatakan, pemerintah sedang merumuskan kebijakan khusus untuk mengatasi PHK industri padat karya. "Pemerintah sedang turun tangan mencoba mendiskusikan banyak hal, termasuk bagaimana kita sendiri mengatur untuk membatasi impor kita sendiri, seperti tekstil itu lagi kita diskusikan semua," tegasnya.
Investasi Tidak Berkualitas
Sebelumnya, Senior Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau IndefF, Faisal Barsi menyatakan bahwa investasi yang masuk ke Indonesia tidak berkualitas. Pasalnya, investasi yang masuk kurang mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Semakin besar investasi yang masuk ke Indonesia, tetapi pertumbuhannya tidak berkualitas. Itu karena investasi yang masuk hanya untuk sekedar bikin ibu kota, LRT, MRT, kereta cepat," kata Faisal dalam acara Catatan Awal Tahun Indef 2023 melalui daring, Kamis (5/1).
Dia mengatakan, investasi yang berkualitas bukan semata pembangunan fisik, melainkan juga untuk pengembangan teknologi, riset dan penelitian. Faisal mencatat investasi yang masuk ke Indonesia lebih banyak investasi yang berbasis otot atau hanya mementingkan pembangunan fisik.
“Investasi yang masuk ke Indonesia hanya fisik saja, yang mencapai 83%." kata dia.
Faisal mencontohkan investasi proyek transportasi seperti kereta cepat yang sumbangannya terhadap teknologi hanya sekitar 1%-2%. "Hanya sedikit menggunakan basis otaknya,” ujar Faisal.
Sementara itu, dia mengatakan rangking R&D di Indonesia sangat lemah terlihat dari global knowledge index (GKI). Indonesia berada dalam urutan ke-81 dari 132 pada GKI 2022.
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) di Indonesia mencapai US$33,39 miliar sepanjang 2022. Realisasi investasi asing terbesar berasal dari Singapura, yakni US$10,54 miliar atau 31,56% dari total PMA tahun lalu.
Tiongkok menempati peringkat kedua dengan realisasi PMA US$5,18 miliar, diikuti Hong Kong US$3,91 miliar, dan Jepang US$2,76 miliar.