Survei Upah: 82% Perusahaan RI Siap Kasih Kenaikan Gaji di 2023

Aryo Widhy Wicaksono
14 Januari 2023, 11:17
Ilustrasi. Sejumlah pekerja di Jakarta bersiap menyeberang jalan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (24/6/2022).
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Ilustrasi. Sejumlah pekerja di Jakarta bersiap menyeberang jalan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (24/6/2022).

Di tengah gencarnya informasi mengenai gelombang pemutusan hubungan kerja atau PHK pada berbagai industri, angin segar datang dari sebuah survei mengenai upah tenaga kerja di 2023. Hasil survei menyebutkan banyak perusahaan siap merekrut tenaga kerja baru, dengan 82% perusahaan di Indonesia siap memberikan kenaikan gaji karyawan.

Temuan ini merupakan kesimpulan dari survei upah yang dilakukan perusahaan perekrutan pekerja, Robert Walters.

"Situasi pascacovid-19 yang baik, terbukti memberikan sentimen positif dalam bursa tenaga kerja. Kini, perusahaan-perusahaan telah siap sedia untuk merekrut tenaga kerja baru," ungkap Country Manager Robert Walters Indonesia, Eric Mary, melalui keterangan pers, Jumat (13/1).

Survei juga mengungkapkan rata-rata kenaikan gaji untuk para pekerja yang berpindah tempat kerja, diperkirakan akan lebih tinggi sekitar 20-30%. Akan tetapi, peningkatan upah lebih tinggi berpotensi diperoleh mereka yang memiliki posisi serta kompetensi khusus dan langka.

Menurut survei, terdapat 76% tenaga kerja profesional yang mengaku siap mencari pekerjaan baru. Namun Eric juga menyebutkan para pencari kerja akan berhati-hati dalam memilih pekerjaan baru, dan umumnya melihat stabilitas kondisi keuangan perusahaan sebagai indikator utama untuk mengambil keputusan.

Di sisi lain, bagi tenaga kerja yang memutuskan untuk menetap di perusahaannya, 82% perusahaan mengungkapkan siap memberikan kenaikan gaji kepada pegawai mereka tahun ini.

Mayoritas perusahaan juga akan menjadikan inflasi sebagai faktor utama dalam menentukan kenaikan gaji. Bahkan, 78% perusahaan menyatakan bersedia memberikan rata-rata kenaikan gaji lebih besar dari inflasi.

Di sisi lain, 88% perusahaan mengaku khawatir akan mengalami kesulitan dalam mencari kandidat berkualitas atau memiliki kompetensi. Sebab umumnya mereka menemukan tantangan dalam mencari kandidat adalah minimnya pengalaman di industri, kurang menguasai kemampuan teknis, dan ekspektasi gaji dan tunjangan yang terlalu tinggi.

Sementara dari sisi tenaga kerja, 81% di antaranya akan meminta kenaikan gaji, dengan 82% mengaku akan mencari pekerjaan baru jika mereka tidak menerima kenaikan gaji di atas inflasi karena meningkatnya biaya hidup.

Di luar kenaikan gaji, 49% tenaga kerja juga mengharapkan mendapatkan bonus, meskipun mengaku belum mendapatkan konfirmasi dari perusahaan. Untuk besarannya, 55% pekerja berharap bonus yang diterima minimal 20% dari gaji pokok yang diberikan.

"Selain gaji, perusahaan juga dapat memenangkan karyawan dengan menunjukkan kondisi stabilitas perusahaan dan kultur kerja yang bermakna," ucap Eric.

Untuk itu, kerja secara remote dan fleksibel juga akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan, terutama dengan banyaknya permintaan pilihan metode kerja semacam ini di 2023.

Menyangkut risiko terjadinya resesi tahun ini, menurut pantauan Jajak Pendapat (Jakpat) dan Continuum mayoritas masyarakat Indonesia cemas resesi akan menimbulkan kenaikan harga, membuat pendapatannya berkurang, krisis energi, serta kelangkaan bahan pokok.

Terkait dengan aksi PHK massal di berbagai industri tanah air, Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) mencatat dari Januari hingga November 2022, jumlah tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan mencapai hampir 13 ribu orang. Dari 29 provinsi yang melaporkan, jumlah tenaga kerja yang terkena PHK paling banyak di provinsi Banten, sedangkan paling sedikit di provinsi Aceh dan Sulawesi Barat

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...