Lampaui Cina, Laju Manufaktur RI Tertinggi Sejak September 2022

Tia Dwitiani Komalasari
3 April 2023, 17:09
Pekerja beraktivitas di pabrik baja di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023). Kementerian Perindustrian memprediksi industri manufaktur pada tahun 2023 tumbuh sebesar 5,36 persen dengan nilai ekspor sebesar 245 miliar dolar AS atau m
ANTARA FOTO/Fauzan/aww.
Pekerja beraktivitas di pabrik baja di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023). Kementerian Perindustrian memprediksi industri manufaktur pada tahun 2023 tumbuh sebesar 5,36 persen dengan nilai ekspor sebesar 245 miliar dolar AS atau meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar 210,38 miliar dolar AS.

Survei yang dirilis S&P Global menunjukkan capaian Purchasing Managers’ Index atau PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 berada di posisi 51,9. Indeks tersebut naik dibanding bulan sebelumnya yang menempati level 51,2.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, fase ekspansi di bulan Maret jadi ikut memperpanjang periode perbaikan kondisi industri manufaktur Indonesia selama 19 bulan berturut.

"Apalagi, laju pertumbuhan PMI di bulan Maret merupakan yang tercepat sejak bulan September lalu,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (3/4).

Agus mengatakan tingkat ekspansi PMI manufaktur Indonesia tersebut sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang telah dilansir sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian. IKI Maret 2023 juga menunjukkan nilai ekspansi sebesar 51,87.

“PMI manufaktur dan IKI pada Maret 2023 sama-sama menunjukkan bahwa posisi ekspansi didukung oleh permintaan baru dari domestik yang meningkat. Kami optimis, dengan akselerasi pada realisasi belanja Produk Dalam Negeri, permintaan baru akan semakin meningkat di periode selanjutnya,” ujarnya.

Didorong Permintaan Domestik

Peningkatan permintaan domestik mendorong meningkatnya output dan tenaga kerja. Ditambah lagi, kinerja vendor meningkat dan dan transportasi semakin baik sehingga persediaan bahan baku meningkat dan hambatan produksi berkurang.

“Hal ini memacu kinerja industri untuk menyelesaikan pesanan lebih cepat,” kata Agus.

Meskipun biaya input masih meningkat, industri tidak lagi meneruskan kenaikan tersebut ke harga produknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspansi PMI tidak lepas dari peningkatan kinerja internal perusahaan dan upaya pemerintah dalam menjaga pasar dalam negeri serta memperbaiki iklim usaha industri.

"Sebagai tambahan, hambatan pasokan di sektor manufaktur Indonesia semakin berkurang pada bulan Maret, sehingga waktu pemenuhan pesanan semakin pendek. Hal ini didukung kinerja pemasok dan transportasi yang lebih baik," kata Agus.

Oleh sebab itu, dia mengataka, Kemenperin fokus untuk memacu produktivitas di sektor industri sekaligus memperkuat pasar dalam negeri. Hal itu dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan produk lokal dan substitusi impor.

Lebih Baik dari Cina

Jingyi Pan selaku Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence menyampaikan, tekanan pasokan menjadi lebih mudah diatur.

"Waktu pengiriman dari pemasok lebih cepat sementara inflasi harga input masih di bawah rata-rata 12 bulan, mewujudkan efektivitas tingkat kenaikan sebelumnya," ujarnya.

Sementara itu, sentimen bisnis bertahan positif di antara produsen di Indonesia pada akhir triwulan pertama, serta tingkat kepercayaan diri dalam bisnis yang membaik.

PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 kembali mampu melewati PMI pusat manufaktur terbesar dunia yaitu, Cina (50,0) dan kembali lebih tinggi dari PMI ASEAN (51,0), Malaysia (48,8), Vietnam (47,7), Taiwan (48,6), Jepang (49,2), Korea Selatan (47,6), Inggris (48,0), Amerika Serikat (49,3), dan Jerman (44,4).

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...