Bahlil: Indonesia Berpotensi Jadi Negara dengan Ekosistem EV Terbesar
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, Indonesia berpotensi menjadi negara dengan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terbesar di dunia. Hal tersebut karena sumber daya nikel di Indonesia sangat besar mencapai 25% dari cadangan dunia.
Untuk itu, Bahlil mengatakan pihaknya akan fokus mendorong hilirisasi nikel guna mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu hingga hilir.
“Hilirisasi sumber daya nikel menjadi baterai siap ekspor adalah salah satu keputusan tepat untuk mendorong negara kita menjadi salah satu negara yang disegani dalam konteks investasi untuk pembangunan baterai mobil listrik,” ujar Bahlil dalam keterangan resmi, Kamis (31/8).
Selain itu, Bahlil mengatakan sampai saat ini masih membuka peluang bagi investor yang ingin berinvestasi dalam proyek baterai kendaraan listrik. Hal tersebut dilakukan demi mewujudkan ambisi Indonesia sebagai pemasok 50% baterai EV ke pasar global. Dengan begitu, dia berharap bisa mewujudkan Indonesia sebagai pusat industri baterai kendaraan listrik.
“Kita akan buka terus investasi, karena kita mau jadikan Indonesia sebagai pusat industri baterai EV terbesar di dunia,” kata Bahlil
Dia menyebutkan, sampai saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa investor baterai EV, yaitu diantaranya perusahaan Korea LG dan perusahaan Cina CATL. ”EV sudah banyak ya, ada LG, CATL, VW, Ford, Voscon, jadi sudah banyak,” kata dia.
Hal senada disampaikan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso. Hal itu terkait arahan Presiden Joko Widodo yang memfokuskan upaya hilirisasi sektor mineral untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di 2027.
"Beberapa kali pak presiden menyampaikan visi kita ke depan untuk menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di 2027. Demikian juga membangun ekosistem kendaraan listrik secara terintegrasi untuk memungkinkan produksi baterai serta komitmen tinggi untuk membangun EV ekosistem berikutnya," ujarnya.
Susiwijono mengatakan, ada tiga proses hilirisasi ekosistem kendaraan listrik yang dilakukan pemerintah saat ini. Di antaranya, proses hilirisasi pada tahapan pengolahan nikel menjadi baterai listrik, upaya menggenjot tumbuhnya industri manufaktur, dan tahap ketiga hilirisasi untuk membangun ekosistem EV.
Bangun Pabrik Baterai EV
Sebelumnya PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID berencana membangun pabrik baterai kendaraan listrik berkapasitas 15 Gigawatt (GW) pada 2027 mendatang. Nilai proyek tersebut ditaksir mencapai US$ 12 miliar atau Rp 183,9 triliun.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, proyek tersebut akan dikerjakan oleh PT Aneka Tambang Tbk atau Antam bersama perusahaan asal Cina, Cotemporary Amperex Technology (CATL).
"Rencananya sampai 2027, US$ 12 miliar," kata Hendi di Hotel Ritz Carlton Jakarta pada Senin (14/8).
Hendi mengatakan, pemerintah juga terus berupaya untuk mengembangkan infrastrutur pendukung kendaraan listrik.
"Tapi tentunya harus ikut juga pengembangan pasarnya. Artinya kendaraan roda empat dan roda duanya harus ada dulu di Indonesia," ujarnya.
Untuk merealisasikan hal tersebut, holding industri pertambangan BUMN itu juga membuka peluang bagi pihak swasta untuk ikut bekerja sama dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Lebih lanjut, MIND ID juga bakal ikut dalam proses produksi baterai dan produksi kendaraan listrik melalui Indonesia Battery Corporation (IBC). IBC merupakan holding pabrik baterai listrik indonesia yang terdiri dari MIND ID, Antam, Pertamina, dan PLN.