Produksi Padi Defisit pada Akhir 2023, Harga Beras Bakal Tetap Tinggi

Tia Dwitiani Komalasari
28 September 2023, 16:00
Petani merontokan gabah dengan mesin saat panen di Desa Kertawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/5/2021). Perum Bulog memastikan tidak akan impor beras untuk tahun 2021Êkarena masih terus melakukan penyerapan beras dalam negeri. Sementara i
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Petani merontokan gabah dengan mesin saat panen di Desa Kertawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/5/2021). Perum Bulog memastikan tidak akan impor beras untuk tahun 2021Êkarena masih terus melakukan penyerapan beras dalam negeri. Sementara itu hingga 17 Mei 2021 stok beras yang ada di Bulog telah mencapai 1.395.376 ton.

Produksi padi diperkirakan akan defisit selama tiga bulan terakhir pada tahun ini. Pasalnya, petani kini mulai memasuki musim tanam sehingga jumlah padi yang dipanen akan lebih rendah dari konsumsi.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Iqbal Awaludin, mengatakan pada umumnya pola panen raya terjadi pada Maret sampai Mei. Sementara pada Agustus dan September memasuki panen kedua.

Pada Oktober hingga November, petani memulai musim tanam. Dengan demikian, panen padi akan minim dan berdampak pada penyerapan beras Bulog.

"Jadi masih ada satu atau dua panen, tapi bukan panen raya," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu malam (28/9).

Di sisi lain, penyaluran beras Bulog cukup tinggi pada periode September hingga November. Hal itu karena Bulog ditugaskan untuk menyalurkan bantuan pangan tahap II berupa beras sebanyak 641 ribu ton selama tiga bulan. 

Selain itu, Bulog juga tengah intensif menggelontorkan operasi pasar untuk menekan harga beras yang tinggi. Hingga 27 September 2023, bulog sudah menyalurkan 800 ribu ton beras untuk operasi pasar.

Iqbal mengatakan, cadangan beras pemerintah atau CBP yang dikelola Bulog saat ini mencapai 1,7 juta ton. Cadangan beras pemerintah tersebut diperkirakan menjadi 1 juta ton pada November 2023 setelah penyaluran beras tahap II selesai.

Bulog Kembali Impor 1 Juta Ton

Untuk menjaga CBP tetap di atas 1 juta ton, pemerintah telah menugaskan Bulog untuk kembali melakukan impor sebesar 1 juta ton. Namun demikian, Iqbal mengatakan, Bulog belum menerima keputusan resmi kapan impor tersebut akan dilaksanakan. 

"Kami bergantung pada penugasan, begitu juga pelaksanaannya. Kami belum dapat penugasan kapan (impor) dilaksanakan," ujarnya.

Iqbal mengakui Bulog diminta untuk melakukan penjajakan untuk impor beras dari Cina. Namun demikian, pada prinsipnya Bulog membuka peluang untuk impor beras dari berbagai negara.

Harga Beras Tinggi

Sementara itu, Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, mengatakan Bulog melakukan pemantauan intensif terkait harga beras saat ini. Terjadinya kenaikan harga beras dikarenakan beberapa faktor baik eksternal maupun internal dalam negeri.

Suyamto mengatakan, faktor kenaikan harga beras dari dalam negeri yaitu karena dampak El Nino. Selain itu, mayoritas petani saat ini sedang memasuki musim tanam sehingga produksi beras sedikit.

Oleh sebab itu, Bulog terus menggelontorkan beras operasi pasar di seluruh Indonesia. Saat ini, total beras operasi pasar yang telah digelontorkan mencapai 800 ribu ton.

"Selanjutnya setiap hari kami akan gelontorkan terus sampai harga stabil," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (27/9).

Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Dan Beras Indonesia atau Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengatakan bantuan beras dan operasi pasar yang dilakukan oleh Perum Bulog akan menurunkan harga beras. Namun penurunan tersebut tidak akan berdampak signifikan.

"Kalau betul-betul terlaksana sesuai rencana, harga beras akan turun sedikit saja. Sangat sulit harga beras untuk kembali ke harga awal sesuai Harga Pokok Produksi atau Harga Eceran Tertinggi," kata Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso kepada Katadata.co.id, Rabu (20/9).

Sutarto meramalkan harga beras tersebut tidak akan berubah hingga akhir tahun ini. Sebab, posisi stok beras di masyarakat dan pemerintah pas-pasan.

Menurut dia, pasokan beras yang ketat disebabkan oleh menurunnya produksi secara tahun berjalan. Akan tetapi, Mantan Kepala  Bulog ini menekankan sebab penurunan produksi beras nasional bukan karena masalah iklim seperti yang selama ini disebutkan pemerintah.

Sutarto berargumen penurunan produksi beras sepanjang 2023 disebabkan oleh konversi dan degradasi lahan sawah yang serius, minimnya pupuk, dan sulitnya petani mendapatkan benih bersertifikat.

Badan Pangan Nasional atau NFA mendata rata-rata nasional harga beras premium naik 4,36% atau Rp 600 per kilogram (Kg) secara bulanan per September 2023 menjadi Rp 14.330 per Kg. Jika dibandingkan dengan September 2022, angka tersebut naik 14,82% dari Rp 12.480 per Kg. Sementara itu, rata-rata nasional harta beras medium telah naik Rp 620 per Kg dari Rp 12.070 pada Agustus 22023 menjadi Rp 12.690 pada September 2023. Secara tahunan, harga beras medium telah naik Rp 1.740 per Kg.




Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...