Bisnisnya Lesu Terhantam Boikot, Bagaimana Kinerja McDonald's Global?
Di Malaysia, McDonald's menggugat grup Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) sebesar US$ 1,3 juta atau sekitar Rp 20 miliar. Operator yang didukung sebuah perusahaan Arab Saudi ini menggugat kelompok pro-Palestina itu dengan alasan pernyataan palsu dan memfitnah yang merugikan bisnisnya.
“Alih-alih menekan perusahaan induknya, McDonald’s Corporation, untuk mengakhiri perjanjian waralaba yang memalukan di Israel, McDonald’s Malaysia dan pemiliknya di Arab Saudi justru berusaha mati-matian untuk membungkam suara solidaritas damai terhadap perjuangan pembebasan Palestina di Malaysia,” kata kelompok tersebut.
Dalam pesannya, Kempczinski mengatakan, "Kami membenci kekerasan dalam bentuk apa pun dan dengan tegas menentang ujaran kebencian, dan kami akan selalu dengan bangga membuka pintu bagi semua orang."
Kinerja McDonald's Global
Dalam laporan keuangan terakhirnya, pada kuartal ketiga 2023, raksasa cepat saji ini meraih laba bersih US$ 2,32 miliar atau US$ 3,17 per saham. Angka ini, melansir CNBC, naik dari US$ 1,98 miliar atau US$ 2,68 per saham dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan McDonald's naik 14% menjadi $6,69 miliar. Kinerja ini terjadi di tengah lonjakan inflasi global. Para eksekutif perusahaan memperkirakan harga akan naik sekitar 10% pada 2023, tapi harga menu pada kuartal ketiga turun sedikit.
McDonald's memperoleh peningkatan pangsa pasar di kalangan konsumen berpendapatan menengah dan tinggi. Hal ini menandakan konsumen mulai beralih dari pilihan makanan yang lebih mahal.
Perusahaan juga melaporkan pertumbuhan penjualan di toko sebesar 8,3%, didorong oleh kuatnya permintaan di Inggris, Jerman, dan Kanada. Segmen pasar berlisensi pengembangan internasional perusahaan, yang mencakup Cina dan Jepang, mengalami pertumbuhan penjualan di toko yang sama sebesar 10,5%.