11.000 K-Popers Teken Petisi, Hyundai Batal Beli Aluminium dari Adaro
Hyundai Motor Company mengumumkan mundur dari nota kesepahaman (MOU) kesepakatan pembelian aluminium dari proyek smelter Adaro Minerals di Kalimantan Utara, Indonesia.
Pernyataan Hyundai muncul satu tahun setelah Kpop4Planet, platform yang digerakkan oleh penggemar K-pop, meluncurkan Kampanye “Hyundai, Drop Coal” pada Maret 2023.
Gerakan penolakan ini salah satunya disebabkan karena proyek pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) aluminium anak usaha Adaro tersebut menggunakan PLTU batu bara sebagai sumber energinya.
Lebih dari 11 ribu fans K-pop menandatangani petisi yang mendesak Hyundai untuk mundur dari kesepakatan dengan Adaro dan memperoleh pengadaan bahan baku kendaraan listrik yang dihasilkan dari pabrik bertenaga energi terbarukan, terutama energi surya dan angin.
“Menyusul telah berakhirnya MoU (dengan Adaro) pada akhir 2023, kedua perusahaan sepakat untuk tidak memperbaruinya dan mencari peluang lain secara mandiri,” kata Hyundai Motor kepada Kpop4Planet, dikutip dari siaran pers pada Selasa (2/4).
“Hyundai Motor Company tetap teguh menjalankan pengadaan bahan baku yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, guna memastikan transparansi dalam proses manufaktur kami,” kata Hyundai.
Meski smelter tersebut berada Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Kalimantan Utara, Adaro justru akan membangun unit baru PLTU Batu bara berkapasitas 1,1 GW untuk memproduksi aluminium di smelter.
Mengacu Market Forces, kelompok aktivis iklim yang fokus pada investor, PLTU ini diperkirakan menghasilkan hingga 5,2 juta ton setara CO2 setiap tahunnya.
Jika Hyundai melanjutkan rencana pembelian aluminium sebesar 50-100 ribu ton per tahun dari smelter ini seperti disepakati dalam MoU, emisi scope 3 Hyundai akan meningkat 3-6%. Padahal, Hyundai telah menetapkan target untuk mencapai karbon netral pada 2045.
Campaigner Kpop4Planet Nurul Sarifah, mengatakan bahwa munculnya pernyataan Hyundai tersebut merupakan kemenangan dari ribuan penggemar K-pop yang berpartisi dalam Kampanye “Hyundai, Drop Coal”.
Sebab, rencana perusahaan mobil asal Korea Selatan itu untuk memperoleh aluminium yang dihasilkan dengan listrik PLTU batu bara bertentangan dengan target iklim.
“Kami, bersama penggemar K-pop yang peduli terhadap iklim dan masa depan kita semua, akan terus mengawasi langkah Hyundai dalam pengadaan bahan baku. Guna melihat apakah perusahaan tetap berada pada jalur yang benar sesuai dengan komitmen netral karbonnya, juga untuk meningkatkan transparansi di seluruh rantai pengadaannya,” kata Nurul.
Selain Nurul, Ketua Komunitas BTS ARMY Indonesia Amino Shifra Lushka, mengapresiasi solidaritas para fans BTS (ARMY) dalam mendukung masyarakat Indonesia, terutama warga Kalimantan Utara, dengan mendukung Kampanye “Hyundai, Drop Coal”.
Menurutnya, ARMY bekerja sama untuk menciptakan perubahan yang berarti dan dapat memastikan keberlanjutan dari planet ini.
“Kami berharap Hyundai akan melanjutkan kolaborasinya dengan BTS, mendorong kendaraan listrik yang benar-benar berkelanjutan yang tidak menggunakan bahan bakar fosil yang membahayakan bumi kita dalam produksinya. Hanya ada satu planet yang menjadi rumah kita, kepedulian kita pada bumi menjadi sangat penting,” tutur Shifra.
Fans BTS berkolaborasi dengan Kpop4Planet untuk mengumpulkan lebih dari 11 ribu tanda tangan dari penggemar K-pop di lebih dari 68 negara. Dalam aksi di Hyundai Motorstudio Jakarta tahun lalu, kelompok tersebut mengirimkan petisi dan surat terbuka dari penggemar ke Kantor Pusat Hyundai di Korea Selatan.
Adaro Benarkan MOU Berakhir dan Tak Diperpanjang
Terkait hal ini, Direktur Adaro Minerals Indonesia, Wito Krisnahadi mengatakan bahwa nota kesepahaman yang ditandatangani pihaknya dengan Hyundai Motors pada November 2022 bersifat non binding atau tidak mengikat.
"Hyundai menjajaki peluang untuk pengadaan aluminium rendah karbon menggunakan pembangkit listrik tenaga air. Setelah berakhirnya MoU pada akhir tahun 2023, kedua perusahaan memutuskan untuk tidak memperbaruinya dan akan menjajaki peluang lain secara mandiri,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (2/4).
Meski begitu, Wito mengatakan bahwa pihaknya meyakini bahwa pasar aluminium sangat besar, yang didorong oleh tingginya kebutuhan aluminium di berbagai industri, mulai dari otomotif, baterai, kemasan, konstruksi, hingga alat pertahanan.
"Saat ini, kami telah menandatangani MoU dengan pihak-pihak lainnya yang siap menyerap hingga 70% dari total kapasitas produksi, seraya terus berusaha mengoptimalkan penyerapan pasar dalam negeri," kata dia.
Wito menegaskan bahwa hal ini sejalan dengan komitmen Adaro Minerals untuk berpartisipasi pada program hilirisasi mineral pemerintah guna mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor atas produk aluminium yang mencapai 1 juta ton per tahun, sehingga dapat mengurangi defisit perdagangan dan meningkatkan devisa negara.
Penandatangan MOU pada 2022
Sebelumnya, Hyundai Motor Company (HMC) dan PT Adaro Minerals Indonesia, Tbk. (AMI), sepakat untuk membangun kerja sama untuk menjamin pasokan aluminium, di tengah meningkatnya permintaan untuk manufaktur otomotif.
Kesepakatan ini dituangkan dalam nota kesepahaman yang diteken Presiden dan CEO HMC, Jaehoon Chang, serta Presiden Komisaris AMI Garibaldi Thohir, di sela-sela forum B20 Summit di Bali, Minggu (13/11/22).
Untuk menjamin ketersediaan pasokan, kerja sama ini dilakukan untuk membentuk suatu sistem komprehensif dan koperatif, untuk produksi dan pasokan aluminium AMI melalui anak perusahaannya, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI).
Poin-poin kerja sama dalam Nota Kesepahaman ini meliputi produksi dan pasokan aluminium yang diproduksi KAI dan HMC, berhak untuk membeli aluminium yang diproduksi KAI pada tahap awal.
Kemudian negosiasi pertama mengenai pembelian aluminium rendah karbon yang diproduksi KAI di masa mendatang, mencakup volume offtake yang belum ditentukan pada kisaran 50 ribu sampai 100 ribu ton per tahun.
"Hyundai Motor Company telah mulai mengoperasikan pabriknya di Indonesia, serta aktif bekerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang dimana perusahaan dapat bersinergi dalam industri otomotif ke depannya,” kata Jaehoon Chang melalui keterangan pers, Minggu (13/11/22).
Chang berharap kerja sama smelter aluminium ini akan memperkuat hubungan HMC dan Indonesia melalui sinergi yang lebih kuat.
Pada kesempatan ini, Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Christian Ariano Rachmat, mengatakan kerja sama ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap proses hilirisasi mineral Indonesia di kawasan industri hijau terbesar dunia yang berlokasi di Kalimantan Utara.
"Dengan dukungan seluruh pemangku kepentingan dan Hyundai yang memiliki rekam jejak, pengalaman, dan teknologi mutakhir untuk kendaraan listrik, kami berharap untuk mencapai tanggal operasi komersial (COD) pada kuartal pertama 2025, dan memproduksi aluminium sebanyak 500.000 TPA pada tahap awal,” kata dia.