Trump Terpilih Jadi Presiden AS, Mendag Antisipasi Dampak ke Perdagangan RI
Donald Trump memenangkan Pemilu Amerika berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count dari sisi electoral college votes. Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, kemenangan Trump akan berdampak bagi Indonesia karena kebijakannya akan berbeda dengan Presiden Amerika sebelumnya, Joe Biden.
Budi mengatakan perdagangan antara Indonesia dan Amerika sejauh ini dalam kondisi yang cukup baik. Namun, ia akan mengantisipasi kebijakan Trump nantinya yang mungkin mempengaruhi perdagangan Indonesia.
“Melalui peningkatan daya saing kita, UMKM bisa ekspor nanti pasarnya akan banyak. Walaupun ke Amerika mudah-mudahan tidak ada masalah ya kalau kita kesana,” kata Budi saat ditemui di Kementerian Perdagangan pada Jumat (11/8).
Trump saat kampanye mengusulkan untuk mengenakan tarif sebesar 10% hingga 20% pada hampir semua produk impor. Ia juga mengusulkan tarif sebesar 60% atau lebih pada barang-barang dari Cina untuk meningkatkan sektor manufaktur Amerika Serikat.
Saat menjadi presiden pada 2017 hingga 2021, Trump juga mengeluarkan sejumlah kebijakan tarif yang memicu perang dagang dengan Cina. Kondisi ini berdampak pada dunia, termasuk Indonesia.
Dampak kemenangan Trump bagi ekonomi global dan nasional
Kemenangan Trump bisa mengancam kestabilan ekonomi global dan nasional. "Kalau Trump menang, akan lebih banyak menciptakan ketidakstabilan ekonomi global dan juga terhadap Indonesia," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, kepada Katadata.co.id, Kamis (7/11).
Selama ini, Trump selalu memprioritaskan kepentingan AS pada saat menjalani pemerintahan sebelumnya. Trump bahkan berambisi membangun industri manufaktur di AS dan ingin menarik investasi sebanyak-banyaknya ke AS.
"Salah satu caranya dengan memberikan hambatan tarif yang tinggi terhadap perdagangan, terutama impor yang masuk ke pasar AS dan yang menjadi sasaran utama adalah Cina serta Meksiko," ujar Faisal.
Kondisi tersebut bisa menimbulkan retaliasi atau balasan pada negara-negara mitra dagang AS. "Ini bisa menjadi preseden juga bagi negara-negara yang lain untuk meningkatkan tarif perdagangannya," kata Faisal.
Pada akhirnya, kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan perdagangan dunia. Jika perdagangan dunia melambat, maka pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan juga ikut melambat.
Padahal sejak pandemi Covid-19, dunia sudah dihantam oleh krisis dan pemulihan yang belum selesai. "Kalau ditambah dengan potensi perlambatan ekonomi, maka akan menghalangi pemulihan yang lebih cepat, terutama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia," ujar Faisal.