Rosan Temui 3 Pabrikan Raksasa Mobil Listrik di Cina, Apa yang Dibahas?
Menteri Investasi Rosan P Roeslani menemui tiga investor ekosistem kendaraan listrik atau EV, BYD Auto, CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited di Cina pada pekan ini, 16-17 Desember 2024. Kunjungan tersebut berupaya mempercepat realisasi maupun pengembangan investasi ketiga investor itu yang diperkirakan mencapai Rp 275,9 triliun hingga 2044.
"Presiden Prabowo selalu berpesan untuk mengutamakan investor yang sudah berinvestasi di Indonesia, itu yang kami jaga," kata Rosan dalam keterangan resmi, Rabu (18/6).
Rosan mengatakan, investasi BYD berupa fasilitas produksi di dalam negeri akan menjadi pembangunan pabrik EV tercepat di dunia. Pembangunan pabrik EV di Cina dan Thailand membutuhkan waktu 10-16 bulan, sedangkan di dalam negeri akan kurang dari 12 bulan.
Ia menjelaskan, pabrik EV milik BYD di Indonesia akan mulai berjalan penuh pada awal 2026. Ia pun berkomitmen untuk mendorong percepatan konstruksi infrastruktur pendukung di Kawasan Industri Subang Smartpolitan.
BYD sebelumnya berencana menempati lahan seluas 108 hektare di Subang Smartpolitan. Rosan menyampaikan, kunjungannya telah membuat luas pabrik tersebut bertambah menjadi 126 hektare. Proyeksi serapan tenaga kerja fasilitas produksi tersebut pun bertambah dari 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pabrik tersebut tetap dirancang untuk memproduksi EV hingga 150.000 unit per tahun.
Rosan mencatat, hasil kunjungan ke CNGR New Material adalah perluasan produksi dari hanya nikel, menjadi nikel, kobalt, mangan, dan mineral lainnya. Perluasan pengolahan mineral tambahan tersebut akan dilakukan oleh investor lain yang diundang oleh CNGR.
Ia menilai langkah tersebut penting agar rantai pasok advance material terpusat di Kawasan Industri Konawe, Sulawesi Tenggara. Rosan mencatat saat ini CNGR telah mengucurkan dana segar senilai Rp 42,4 triliun dari total komitmen Rp 168,2 triliun hingga 2044. Dana segar tersebut telah menyerap 6.613 tenaga kerja dari dalam negeri.
"Dengan pembangunan kawasan ini, rantai pasok untuk advance material akan lebih terpusat sehingga tercipta efisiensi dan kestabilan dalam rantai pasok. Kami terbuka untuk kolaborasi dan mensinergikan rencana pengembangan industri hilirisasi ini," katanya.
Terakhir, hasil kunjungan Rosan ke CATL adalah percepatan produksi sel baterai EV yang ditargetkan mulai tahap komersialisasi pada 2026. Untuk diketahui, CATL melakukan investasi melalui konsorsium CBL bersama Guangdong Brunp Recycling Technology Co., Ltd dan Lygend Resources & Technology Co., Ltd.
Adapun CBL bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk dan Indonesia Battery Corporation untuk membangun ekosistem baterai EV terintegrasi. Dengan kata lain, bentuk investasi tersebut adalah tambang di Maluku Utara, fasilitas pemurnian mineral di Halmahera TImur, dan industri bahan baterai, sel baterai, dan daur ulang baterai di Karawang, Jawa Barat.
Total investasi dalam proyek ekosistem baterai EV antara CBL, Antam, dan IBC ditaksir mencapai Rp 96 triliun. Rosan menilai investasi tersebut sejalan dengan program hilirisasi, peningkatan nilai tambah, dan transformasi hijau di dalam negeri.
"Kami akan memfasilitasi komunikasi dan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN dan para pemangku kepentingan terkait agar proyek dapat terealisasi dengan cepat," katanya.