Kadin Ramal Investasi dari AS dan Cina ke RI akan Seret Tahun Depan
Kamar Dagang Industri memperkirakan, upaya untuk menarik investasi asing ke Indonesia akan lebih sulit pada tahun depan. Ini karena 64 negara yang baru saja menggelar pemilihan umum pada tahun ini akan fokus pada ekonomi domestiknya, termasuk Amerika Serikat.
“Saya melihat ke depannya di 2025 ini justru investasi akan datang dari negara-negara yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Contohnya adalah India,” kata Ketua Komite tetap Strategi dan Promosi Investasi Kadin Shaanti Shamdasani dalam diskusi Strategi Pangkas Birokrasi Perizinan yang diselenggarakan Kementerian Investasi dan Katadata.co.id, Kamis (19/12).
Shanti juga menyoroti potensi investasi dari China yang menurutnya sudah meningkat dari beberapa tahun lalu. Kendati demikian, saat ini tengah ada gejolak atau krisis ekonomi di Negara Tirai Bambu itu.
“Jadi, kemungkinan kita akan mendapat tantangan menarik investor dari China,” kata Shaanti.
Kementerian Investasi mencatat, realisasi investasi India di Indonesia mencapai US$ 153 juta terdiri dari 1.885 proyek sepanjang Januari-September 2024. Negara berpenduduk terbesar dunia ini menempati posisi ke-22 sebagai investor terbesar di Indonesia yang dicatatkan Kementerian Investasi.
Singapura menempati posisi pertama sebagai investor terbesar mencapai US$ 14,355 miliar, disusul Hong Kong sebesar US$ 6,05 miliar, Cina US$ 5,78 miliar, dan Amerika Serikat US$ 2,82 miliar.
Kepala Pusat Kajian Industri Perdagangan dan investasi INDEF Andry Satrio Nugroho menjelaskan, ekonomi Indonesia akan menghadapi banyak tantangan pada tahun depan. Ia memperkirakan, ekonomi hanya akan tumbuh 5% pada tahun depan.
Salah satu hambatan perekonomian antara lain akan datang dari Amerika Serikat dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS.
Menurut Andry, Trump bakal menerapkan import tariff sebesar 60% pada Cina dan negara yang menyebabkan Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan, seperti Vietnam dan Mexico. Dari daftar negara itu, Cina dan Vietnam berada paling dekat dengan Indonesia.
Ia pun menyarankan Indonesia melakukan diversifikasi investasi. “Artinya negara lain perlu di-approach apalagi kalau basis produksinya di China dan Vietnam. Mau enggak mau, mereka pasti harus cari negara baru dan kita harapkan investor bias masuk ke Indonesia untuk mengejar pasar Amerika Serikat,” ujar Andry.
Andry berargumen langkah ini harus dilakukan dengan cepat, agar Indonesia bisa memanfaatkan peluang besar dari Perang Dagang. Pasalnya, Vietnam sebelumnya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi dengan cepat karena Perang Dagang 2018.