Bagaimana Kontribusi Industri Sawit ke Ekonomi RI hingga Dibela Prabowo?
Presiden Prabowo Subianto ingin menambah lahan kebun sawit untuk menangkap peluang permintaan dari pasar luar negeri. Ia membantah industri sawit menyebabkan deforestasi, seperti yang menjadi konsen Uni Eropa.
“Enggak perlu takut membahayakan deforestasi. Namanya kelapa sawit itu pohon, ada daunnya kan? Dia menyerap karbon dioksida," ujar Prabowo saat memberikan arahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Senin (30/12).
Prabowo pun mengaku tak khawatir soal penerapan aturan Uni Eropa Deforestation-Free Regulation (EUDR) nantinya. Menurut dia, banyak negara yang membutuhkan kelapa sawit untuk beragam komoditas pangan coklat hingga barang gaya hidup, seperti kosmetik.
"Saya bilang, terima kasih karena kita tidak jual ke Anda, mereka panik sendiri," ujar Prabowo.
Peran industri sawit ke ekonomi RI
Indonesia merupakan produsen terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya memperkirakan, industri kelapa sawit dapat memberikan kontribusi terhadap ekonomi Indonesia hingga mencapai Rp775 triliun pada akhir tahun 2024.
Ia mengatakan, angka tersebut didapat berdasarkan data nilai Produk Domestik Bruto nasional kuartal II tahun 2024 yang tercatat mencapai Rp5.536 triliun, sedangkan besaran kontribusi industri pengolahan sawit sebesar 3,5%.
Menurut dia, kontribusi besar industri kelapa sawit bagi pemajuan ekonomi nasional itu dikarenakan pemerintah telah gencar melakukan hilirisasi sektor ini sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.
Ia juga mencatat nilai ekspor sawit mencapai US$ 30,4 miliar pada tahun lalu, 11-12% dari total ekspor Indonesia. Produk minyak sawit yang diekspor meliputi CPO, produk olahan seperti minyak goreng, margarin, dan biodiesel, yang tersebar ke lebih dari 100 negara di dunia, termasuk Uni Eropa, India, China, dan negara-negara di Timur Tengah.
Sektor kelapa sawit di Indonesia juga menjadi sumber lapangan pekerjaan yang signifikan. Agus mencatat, sektor ini turut menyerap 16,2 juta tenaga kerja langsung serta tidak langsung, termasuk melibatkan pelaku usaha perkebunan rakyat/ smallholders, sebagai centerpoint kebijakan nasional.