Mendag Kaji Rasio Ekspor CPO untuk Kebutuhan B40

Mela Syaharani
6 Januari 2025, 16:55
b40, cpo, biodiesel
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/agr
Ilustrasi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Perdagangan mengatakan akan mengkaji rasio ekspor minyak sawit mentah atau CPO. Hal ini menyusul adanya implementasi bahan bakar alternatif biodiesel 40% atau B40 per 1 Januari 2025.

“Kami lihat dulu seberapa besar kebutuhan CPO-nya, apakah perlu mengubah rasio ekspornya. Kalau rasionya berubah, gampang kami bisa lakukan,” kata Menteri Perdagangan Budi Santoso  dalam konferensi pers yang dipantau daring melalui youtube Kementerian Perdagangan, Senin (6/1).

Penerapan B40 tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 341.K/EK.01/MEM.E/2024 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Dalam Rangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Sebesar 40 Persen.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan dengan implementasi B40 ini maka kuota biodiesel pada 2025 naik 20%. “Saat B35 menghasilkan kurang lebih sekitar 12,98 juta kilo liter (kl) biodiesel dan ini meningkat menjadi 15,6 juta kl,” kata Bahlil pada Jumat lalu.

Wakil Menteri ESDM,Yuliot Tanjung mengatakan dengan implementasi B40 maka bahan baku dan rantai pasok akan menjadi perhatian utama. Kementerian ESDM juga menerima masukan dari pihak terkait agar dapat melancarkan implementasi biofuel tersebut. 

Sejumlah kendala masih menjadi tantangan, seperti kondisi geografis Indonesia yang beragam. “Misalnya, wilayah seperti Dumai relatif panas atau daerah dataran tinggi dengan suhu lebih dingin, apakah ada impact perlu disiapkan baik oleh Pertamina maupun badan usaha BBM yang akan melaksanakan mandatori B40,” kata Yuliot dalam pernyataan tertulisnya pada Selasa lalu. 

Saat ini, PT Pertamina (Persero) menyiapkan dua kilang utama sebagai pendukung produksi bahan bakar B40 yaitu Refinery Unit III Plaju di Palembang dan Refinery Unit VII Kasim di Papua. “Blending-nya (pencampurannya) dilakukan oleh Patra Niaga,” kata Direktur Operasional Kilang Pertamina Indonesia Didik Bahagia.

Reporter: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...