Serba-serbi Lockdown Wuhan Akibat Covid-19 yang Berakhir Hari Ini

Pingit Aria
8 April 2020, 17:46
Aly Song Warga menggunakan masker penutup wajah menunggu kereta bawah tanah di hari pertama dibukanya kembali layanan kereta yang dihentikan akibat wabah virus corona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, pusat penularan wabah, China, Sabtu (28/3/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/hp/dj
Aly Song Warga menggunakan masker penutup wajah menunggu kereta bawah tanah di hari pertama dibukanya kembali layanan kereta yang dihentikan akibat wabah virus corona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, pusat penularan wabah, China, Sabtu (28/3/2020).

Bagaimanapun, selama lockdown berlangsung, masih ada saja warga Wuhan yang dilaporkan tidak mendapatkan perawatan dan ruang isolasi di rumah sakit.

Di saat yang sama, para petugas medis di Wuhan juga sulit mengakses Alat Pelindung Diri (APD) akibat lockdown. Pengiriman suplai APD terhambat karena pembatasan perjalanan, sementara produksinya terbatas karena perusahaan tidak bisa mengakses bahan baku.

New York Times melaporkan, banyak dokter yang berinisiatif membeli APD dengan uang pribadi, namun tidak sedikit pula yang meminta kepada rumah sakit dari wilayah lain di provinsi Hubei. Banyak petugas medis yang rela menahan diri untuk tidak makan, minum, dan buang air dalam waktu lama untuk menghemat pemakaian APD.

(Baca: Penangkapan Profesor Harvard dan Program Seribu Ilmuan Tiongkok)

3. Harga Pangan Mahal

Kendati masih diperbolehkan keluar rumah untuk membeli bahan makanan selama lockdown, warga Wuhan tetap mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Dilansir dari CNN, sebagian besar warga Wuhan bergantung pada komite lingkungan yang ditunjuk oleh masing-masing wilayah untuk menyediakan bahan makanan. Seringkali, warga Wuhan harus membeli makanan dari mereka dengan harga lebih tinggi.

Harga sayuran melonjak tiga hingga empat kali lipat. Selama lockdown, media sosial Tiongkok Weibo dipenuhi dengan foto-foto struk belanja yang mahal dari warga Wuhan.

Walikota Wuhan Xu Honglan pada 29 Februari mengatakan bahwa kenaikan harga pangan dipicu oleh biaya pengiriman dan upah tenaga kerja yang meningkat tiga kali lebih tinggi sejak tejadi pandemi virus corona. Pemerintah daerah Wuhan berinisiatif menyediakan cadangan daging beku dan menjualnya 15% di bawah harga pasaran.

4. Sensor Pemerintah

Selama lockdown, warga dan jurnalis yang tinggal di Wuhan juga sulit memperoleh informasi secara lengkap akibat sensor dari pemerintah. Kondisi ini sempat diutarakan oleh jurnalis independen Melanie Wang yang ditempatkan di kota tersebut.

"Begitu banyak orang tak berdosa telah meninggal, termasuk tenaga medis, namun departemen terkait masih menghapus konten penting di internet dan membungkam orang agar tidak berbicara,” katanya, dikutip dari CNN.

(Baca: Tambahan 218 Kasus, Angka Positif Corona RI Dekati 3.000 Orang)

Keterbukaan informasi di Wuhan sempat menjadi sorotan saat peristiwa kematian seorang whistleblower, yakni dokter Li Wenliang akibat  Covid-19. Li diketahui sempat mendapatkan tekanan dari pihak berwenang Wuhan menyuarakan peringatan tentang kemunculan virus corona.

Warga Wuhan mencoba melawan penyensoran tersebut dengan memposting ulang sebanyak mungkin pemberitaan yang telah dihapus oleh pemerintah di media sosial Tiongkok, Weibo. Cara-cara kreatif dilakukan agar kiriman mereka lolos dari penghapusan otomatis, seperti menulis teks mundur atau vertikal, atau menggunakan huruf braille, kode morse, emoji, sampai bahasa asing.

Reporter: Nobertus Mario Baskoro

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...