Tiongkok Bebaskan Kenaikan Bea Masuk 16 Produk AS, Trump Tunda Tarif
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk menunda kenaikan tarif impor pada barang-barang Tiongkok senilai US$ 250 miliar yang semula berlaku pada 1 Oktober menjadi 15 Oktober 2019.
Penundaan tarif diumumkan usai Tiongkok memutuskan untuk mengecualikan 16 produk AS dari rencana kenaikan kenaikan bea masuk. Beberapa produk yang dikecualikan, antara lain obat anti kanker, pelumas, serta bahan pakan ternak.
"Atas permintaan Perdana Menteri Liu He dan perayaan ulang tahun Tiongkok Liu He ke-70 tahun, kami sepakat atas dasar niat baik, untuk menunda kenaikan tarif pada US$ 250 miliar pada barang-barang Tiongkok (25% ke 30%) dari 1 Oktober ke 15 Oktober," ujar Trump dalam akun Twitter-nya, Rabu (11/9) waktu AS.
(Baca: Tensi Perang Dagang AS-Tiongkok Turun, Rupiah Dibuka Menguat)
Dikutip dari Reuters, Trump menyebut Tiongkok melakukan sejumlah langkah yang cukup bagus dan menunjukkan niat baik. Ia pun berharap untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Tiongkok setelah melakukan perang tarif selama lebih dari setahun terakhir.
Tiongkok sebelumnya memutuskan untuk membebaskan 16 produk AS dari kenaikan bea masuk. Produk-produk tersebut, mencakup obat anti kanker hingga minyak pelumas pada Rabu (11/9).
Bursa saham Asia menhijau pada Kamis (12/9), sementara mata uang yuan Tiongkok karena investor berharap untuk mencairnya ketegangan dagang antara kedua negara.
(Baca: Penyebab 33 Perusahaan Tiongkok Tak Pilih Investasi ke Indonesia)
Wakil perunding perdagangan akan bertemu di Washington pada pertengahan September, dengan pembicaraan tingkat menteri yang akan dilanjutkan pada Oktober. Tanggal pasti untuk pertemuan belum dirilis.
Langkah itu mungkin meredakan ketegangan menjelang negosiasi, tetapi beberapa analis tidak melihatnya sebagai sinyal bahwa kedua belah pihak sedang mempersiapkan kesepakatan.
"Pengecualian itu dapat dilihat sebagai isyarat ketulusan terhadap AS menjelang negosiasi pada bulan Oktober tetapi mungkin lebih merupakan sarana untuk mendukung ekonomi," tulis ekonom ING Greater Tiongkok Iris Pang dalam sebuah catatan.