Mewaspadai Bahaya Gelombang Kedua Virus Corona

Sorta Tobing
23 April 2020, 19:26
pandemi corona, virus corona, covid-19, Virus Corona Amerika, Prediksi Gelombang kedua virus corona, Jumlah korban corona amerika, donald trump
ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar/foc/dj
Ilustrasi. Gelombang kedua virus corona diperkirakan bakal menghantam Amerika Serikat pada musim dingin dan lebih buruk daripada yang pertama.

Sejak pekan lalu, Singapura menempati posisi tertinggi jumlah kasus Covid-19 di Asia Tenggara. Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan perbandingannya.

Negara yang Akan Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona

Inggris pun sedang mewaspadai datangnya gelombang kedua. Puncak kasus positif virus corona mulai berakhir dengan turunnya jumlah pasien baru. Jumlah kasusnya saat ini mencapai 133.495 orang.  

Kemarin, Sekretaris Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan kepada parlemen kalau tindakan lockdown (isolasi penuh) selama 4,5 minggu menunjukkan hasil. Melansir dari Wired, para menteri di negara itu sedang berdebat bagaimana dan kapan melonggarkan perbatasan.

Jasmina Panovska-Griffiths, peneliti senior dan dosen pemodelan matematika di University College London, mengatakan dari pandemi flu sebelumnya, gelombang kedua biasanya lebih buruk. Flu Spanyol 1918 yang menewaskan 50 juta orang, terdiri dari tiga gelombang. Yang kedua membunuh lebih banyak daripada yang pertama.

Lalu, pandemi flu babi 2009 dimulai pada musim semi di belahan bumi utara. Pada saat gelombang kedua muncul, jumlah kasusnya lebih besar dan terjadi pada musim gugur yang suhunya lebih dingin. Inggris kini berusaha menjaga agar gelombang berikutnya tak separah yang pertama.

(Baca: Tes Imunitas Corona dan Harapan Ekonomi Kembali Berputar)

Yang berbahaya dari virus Covid-19 adalah masa inkubasinya. Perlu waktu 14 hari hingga orang yang terinfeksi menunjukkan gejala. Dalam waktu tersebut, orang itu mungkin tak sadar membawa virus dan menularkan ke orang lain.

Korea Selatan juga mengalami hal serupa dengan Inggris. Jumlah kasus telah berkurang, tapi bayang-bayang datangnya gelombang kedua masih menghinggapi. Penambahan jumlah kasusnya hari ini hanya 8 orang saja. Padahal, pada bulan lalu sempat menduduki posisi kedua kasus terbanyak di dunia.

Pemerintah Negeri Ginseng tetap memberlakukan masa pembatasan sosial hingga 5 Mei. “Adalah paling aman untuk menjaga jarak sosial yang intensif, tapi itu tidak mudah secara realistis. Kita perlu menemukan jalan tengah,” kata Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-kyun, seperti dikutip dari Vox.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Jung Eun-kyeong mengatakan semua pihak sebaiknya hati-hati dalam manafsirkan angka-angka sebagai tanda terburuk sudah berakhir. “Kami tetap gelisah,” ucapnya.

Selama herd immunity (kekebalan kelompok) belum tercipta, baik secara alami dan melalui vaksin, rasa-rasanya sulit menyebut kasus virus corona telah berakhir. Jumlah yang terinfeksi boleh turun, namun angka kasus Covid-19 masih berpotensi naik.

(Baca: Gagal di Inggris & Belanda dalam Hadapi Corona, Apa Itu Herd Immunity?)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...