Kematian George Floyd & Data Pembunuhan Kulit Hitam oleh Polisi di AS

Image title
1 Juni 2020, 13:14
Nicholas Pfosi Pendemo berseru di depan kantor polisi kelima pada hari keempat aksi protes setelah insiden tewasnya George Floyd saat ditahan polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Jumat (29/5/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Nicholas Pfosi/hp/dj
Nicholas Pfosi Pendemo berseru di depan kantor polisi kelima pada hari keempat aksi protes setelah insiden tewasnya George Floyd saat ditahan polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Jumat (29/5/2020).

Sepanjang 2013-2019 kasus pembunuhan kulit hitam oleh polisi di AS terbanyak tercatat pada 2015, yakni 305 orang. Dari angka tersebut, 104 di antaranya terbunuh dalam keadaan tidak bersenjata dengan rata-rata dua hari dalam sepekan.

Namun, dari seluruh kasus di 2015 hanya 13 kasus yang berujung pelakunya dijatuhi dakwaan kriminal. Rinciannya, empat kasus berakhir dengan pembatalan sidang atau dakwaan digugurkan, empat kasus lain masih menunggu persidangan sampai saat ini, dan lima kasus telah memutuskan terdakwa bersalah.

Meskipun begitu, tak ada satupun dari pelaku yang telah dinyatakan bersalah dijatuhi hukuman lebih dari empat tahun penjara. Bahkan satu pelaku belum dihukum sampai saat ini.

(Baca: Reporter CNN Ditangkap Saat Liputan Demonstrasi Kematian George Floyd)  

26% Kasus Terjadi di Wilayah 100 Kota Terbesar di AS

Secara lokasi pembunuhan sepanjang 2013-2019, data mappingviolence.org menunjukkan 26% dilakukan Departemen Polisi di 100 kota terbesar di AS. 38% korbannya adalah warga kulit hitam. Angka ini sangat besar mengingat populasi kulit hitam hanya 21% dari seluruh populasi di 100 kota tersebut.

Dari total warga kulit hitam yang terbunuh di seluruh wilayah tersebut, 47% dalam kondisi tak bersenjata atau 4 kali lebih tinggi ketimbang korban warga kulit putih tak bersenjata.

Departemen Kepolisian St. Louis dan Oklahoma tercatat memiliki kasus tinggi di antara lainnya. Sepanjang 2013-2019 keduanya tercatat masing-masing membunuh 34 dan 25 pria kulit hitam. Untuk St. Louis angka itu berasio 7,0 per 100.000 populasi pria kulit hitam. Sementara Oklahoma berasio 8,5 per 100.000 populasi pria kulit hitam. Keduanya lebih tinggi dari rasio pembunuhan biasa di AS, yakni 5,0 per 100.000 populasi.

Temuan lain adalah, angka pembunuhan oleh polisi ini tak berbanding lurus dengan tingkat kejahatan yang terjadi di kota-kota itu. Misalnya, Departemen Kepolisian Buffalo yang memiliki tingkat kejahatan tinggi tapi hanya terjadi 3 kasus pembunuhan oleh polisi selama 2013-2019 dengan 1 korban pria kulit hitam.

Hal ini berbeda dengan Departemen Kepolisian Orlando yang tingkat kejahatannya rendah, tapi terdapat 18 kasus pembunuhan oleh polisi dalam rentang waktu sama. Sembilan dari seluruh korban adalah warga kulit hitam.

(Baca: Dituduh Dalang Kerusuhan dan Dicap Teroris oleh Trump, Apa itu Antifa?)

Respons Donald Trump

Merespons kasus Floyd dan aksi protes yang berubah menjadi kerusuhan, Presiden AS Donald Trump pada Kamis (29/5) lewat cuitan di akun Twitter pribadinya menyatakan akan menertibkan massa yang disebutnya sebagai “preman”.

“Apa pun kesulitannya dan kami akan mengambil kendali, tapi ketika penjarahan dimulai, penembakan (oleh aparat) juga akan dimulai,” cuitnya.

Selain itu, dalam Konferensi Pers di Kennedy Space Center pada Sabtu (30/5) lalu, Trump menyatakan kematian Floyd sebagai tragedi besar yang seharusnya tak perlu terjadi. Ia menilai kejadian ini membuat orang AS di seluruh wilayah negara ketakutan, marah, dan sedih.

“Kami akan berdiri dengan keluarga George Floyd, dengan para pemrotes yang damai, dan dengan setiap warga negara yang taat hukum yang menginginkan kebaikan, kesopanan, keselamatan, dan keamanan,” kata Trump, seperti dilansir CNBC.   

(Baca: Mengenal George Floyd yang Kematiannya Memicu Unjuk Rasa Besar di AS)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...