Indonesia Bakal Beli Pesawat Angkut Militer MV-22 Osprey Rp 28,76 T
Alat utama sistem pertahanan (Alutsista) Indonesia bakal bertambah, dengan kemungkinan kedatangan delapan pesawat angkut militer jenis MV-22 Osprey dari Amerika Serikat (AS) senilai US$ 2 miliar, atau sekitar Rp 28,76 triliun (asumsi kurs Rp 14.384,95 per dolar AS).
Penjualan pesawat oleh AS ini, merupakan bagian dari program penjualan persenjataan skala besar AS untuk lima negara senilai total US$ 75 miliar. Jika terealisasi, maka Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menjadi kekuatan militer kedua di luar AS yang menggunakan MV-22 Osprey, setelah Jepang.
Mengutip keterangan resmi Defense Security Cooperation Agency (DSCA), Senin (6/7), Kementerian Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan delapan MV-22 Block C Osprey beserta perlengkapan persenjataannya kepada pemerintah Indonesia sebagai bagian dari program Foreign Military Sale.
“Penjualan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS, dengan meningkatkan kemampuan pertahanan negara mitra untuk menjaga stabilitas Asia-Pasifik. Sangat penting bagi AS, untuk membantu Indonesia mengembangkan kemampuan pertahanan yang kuat dan efektif,” tulis DCSA, dalam keterangan resminya.
DCSA juga menyebutkan, kehadiran MV-22 Osprey juga akan meningkatkan kemampuan Indonesia menangani bencana dan mendukung operasi militer. AS pun yakin, Indonesia tidak akan kesulitan menyerap delapan pesawat ini dalam jajaran alutsista yang dimiliki saat ini.
Dalam keterangan resmi DCSA, disebutkan bahwa selain delapan MV-22 Osprey, pemerintah Indonesia juga akan membeli beberapa perlengkapan pendukung, yang akan dipasang pada pesawat, serta suku cadang dan pelatihan untuk operasional.
Beberapa perlengkapan tingkat tinggi yang dipesan Indonesia untuk armada MV-22 Osprey antara lain, 24 mesin AE 1107C Rolls Royce, 20 AN/AAQ-27 radar Forward Looking Infra Red, 20, AN/AAR-47 Missile Warning Systems, 20 AN/APR-39 Warning Systems, dan 20 AN/ALE-47 Countermeasure Dispenser Systems.
Kemudian, 20 AN/APX-117 Identification Friend or Foe Systems, 20 AN/APN-194 Radar Altimeters, 20 AN/ARN-147 VHF OmniDirectional Range (VOR) Instrument Landing System (ILS) Beacon Navigation Systems, 40 ARC-210 629F-23 Multi-Band Radios, dan 20 AN/ASN-163 Miniature Airborne Global Positioning System (GPS).
(Baca: GE Aviation Resmi Pasok Mesin Jet Tempur Kolaborasi Korea-Indonesia)
Lalu, 20 AN/ARN-153 Tactical Airborne Navigation Systems, 20 Traffic Collision Avoidance Systems, 20 M-240-D 7.64mm Machine Guns, dan 20 GAU-21 Machine Guns. Ditambah dengan perangkat lunak, suku cadang, dan perawatan pesawat yang bisa sewaktu-waktu dilakukan di hangar milik konsorsium Boeing-Bell.
Selain itu, kerja sama ini juga mencakup dukungan pesawat tanker AS. Artinya, sewaktu-waktu pesawat tanker militer AS bisa diminta untuk mengisi bahan bakar saat MV-22 Osprey Indonesia beroperasi.
Mengutip The Drive, Senin (6/7), Kementerian Luar Negeri AS mengungkapkan, pesawat ini cocok digunakan oleh Indonesia yang merupakan negara kepulauan, yang membutuhkan banyak perlengkapan militer untuk operasional pemantauan wilayah ataupun menangkal ancaman.
AS menilai kemampuan MV-22 Osprey untuk mengangkut beban yang signifikan pada kecepatan turboprop, serta kemampuan mendarat dan lepas landas secara vertikal, mampu meningkatkan kemampuan logistik militer Indonesia.
Indonesia sendiri memiliki alutsista yang beragam, dengan berbagai perlengkapan militer buatan AS, Eropa, dan Rusia. Namun, AS menilai sejauh ini Indonesia belum memiliki pesawat turboprop yang memiliki kemampuan seperti MV-22 Osprey, yakni punya daya jelajah yang jauh dan dilengkapi persenjataan canggih.
Mengutip Naval Air Systems Command, MV-22 Osprey dirancang khusus untuk infiltrasi jarak jauh, exfiltrasi dan logistik militer. Pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat vertikal, dengan daya jelajah 500 nautical miles atau 926 Kilometer (Km).
Selain kepada Indonesia, AS juga mengumumkan penjualan alutsista kepada empat negara lain, yakni Perancis, Israel, Lithuania, dan Argentina. Total penjualan senjata yang akan dilaksanakan bernilai sekitar US$ 75 miliar.
(Baca: Ditekan AS, Indonesia Batal Membeli Su-35 dari Rusia)