Pandemi Memaksa Perempuan dan Pekerja Senior Pensiun Dini

Arie Mega Prastiwi
Oleh Arie Mega Prastiwi - Tim Riset dan Publikasi
26 Desember 2020, 11:00
Ilustrasi Pengangguran
123rf.com

Pandemi mengubah segalanya, termasuk pasar kerja Amerika Serikat yang selama puluhan tahun stabil dan kuat. Kondisi ini berbalik akibat pageblug.  Mayoritas pekerja senior dan perempuan kehilangan pekerjaan lantaran pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kondisi ekonomi yang babak belur membuat perempuan dan pekerja senior sulit dipekerjakan kembali. Dengan kata lain, tidak sedikit dari pekerja senior dipaksa pensiun dini. Dan apabila menengok ke awal-awal pandemi, sampai dengan musim semi lalu ada lebih 22 juta di-PHK. Sayangnya, hanya separuh yang bisa kembali bekerja. Sama seperti  halnya pemulihan ekonomi, pemulihan pasar kerja tak merata.

“Partisipasi pekerja muda hampir sepenuhnya pulih —ini mungkin karena mereka berisiko lebih rendah tertular virus dan adanya faktor turunnya angka pendaftaran perguruan tinggi— sementara partisipasi pekerja senior dan perempuan pulih lebih lambat,” kata ekonom Goldman Sachs (GS) Joseph Brigss, dalam catatan kepada klien awal bulan ini, seperti dikutip dari CNN, Jumat (25/12)

Pada November 2020, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 61,5 persen. Angka ini sekitar 1,9 poin di bawah rerata Februari, sebelum ekonomi terhenti. Briggs memperkirakan, ada sekitar 830.000 tambahan pensiunan pada Oktober. Mereka berasal dari angkatan kerja sebelum pandemi dan angkatan kerja saat ini.

“Kami tidak siap, secara keuangan maupun mental, untuk pensiun,” kata perempuan bernama Rachel asal Virginia.  Perempuan 66 tahun ini tadinya bekerja untuk kontraktor pemerintah, ia di-PHK pada April 2020.

“Yang tadinya memiliki pendapatan, saya secara instan jatuh miskin hanya dengan dua kata ‘Anda diberhentikan’. Ini seperti dipaksa pensiun dini,” kata Rachel kepada CNN dalam emailnya.

Bagi sejumlah perempuan apalagi pekerja senior, kembali bekerja merupakan prospek yang menakutkan karena risiko kesehatan bagi pekerja usia lanjut. “Pengusaha juga ragu untuk mempekerjakan pekerja yang lebih tua yang bisa lebih rentan tertular virus,”kata Rachel.

Pandemi telah menggoyahkan keuangan dan karir individu dari segala usia, terutama  bagi banyak pekerja berusia kisaran 50 - 60. Di AS, ketika pensiun dini, benefit dari Jaminan Keamanan akan berkurang sebelum mencapai usia pensiun penuh. Usia pensiun penuh atau full retirement age tergantung tahun berapa mereka lahir.

Setelah pekerja usia lanjut pensiun, kemungkinan besar mereka tidak akan kembali bekerja. Pensiun paksa ini akan masuk dalam kategori kehilangan pekerjaan permanen, sesuatu yang dikhawatirkan para ekonom sejak pandemi dimulai. Ditambah, pekerja usia senior dan perempuan telah mengalami diskriminasi usia dan gender di lapangan pekerjaan bahkan sebelum pandemi terjadi.

Pengangguran permanen merupakan penghambat pertumbuhan ekonomi, terutama dalam ekonomi yang didorong oleh belanja konsumen seperti Amerika Serikat.

Survei Census Pulse Households menunjukkan, lebih banyak pekerja mengajukan tunjangan Jaminan Sosial awal tahun ini karena pandemi. Namun demikian, Briggs mengatakan bahwatren pensiun dini seiring waktu akan mereda.

Dari semenjak awal pandemi, angka tingkat pengangguran di AS melonjak drastis. Pada periode Maret - April 2020 atau hanya dalam waktu sebulan, tingkat pengangguran di AS membukukan kinerja suram dan menyentuh level terendah dalam 50 tahun terakhir. Angka itu bahkan menghapus hampir semua perolehan pekerjaan sejak resesi hebat pada 2007 - 2009.

Di Tanah Air

Di Indonesia, pandemi Covid-19 memukul perekonomian jatuh ke jurang resesi. Badan Pusat Statistik mencatat jumlah pengangguran pada Agustus 2020 bertambah 2,67 juta orang menjadi 9,77 juta orang atau 7,07 persen dari total penduduk Indonesia.

Jumlah pekerja penuh turun 9,46 juta orang menjadi 82,02 juta orang. Sementara pekerja paruh waktu bertambah 4,32 juta orang menjadi 33,34 juta orang dan pekerja setengah penganggur bertambah 4,83 juta orang menjadi 13,09 juta orang.  Pekerja informal pun meningkat 4,59 persen menjadi 77,68 juta orang. Kini, porsi tenaga kerja informal semakin mendominasi mencapai 60,47 persen. Sementara itu, pekerja formal tercatat sebanyak 50,77 juta orang atau 39,53 persen.

Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani memperkirakan 30 persen tenaga kerja formal hingga akhir tahun ini akan terdampak. Sebagian besar merupakan pegawai perjanjian kerja waktu tertentu atau kontrak yang putus di tengah jalan atau tidak diperpanjang.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...