Warga Afganistan Dibayangi Bahaya Kelaparan dan Kemanusiaan
Warga Afganistan terancam bahaya kelaparan setelah Taliban berkuasa di negara tersebut. Diplomat negara anggota NATO mengusulkan negara-negara tetangga Afganistan membuka perbatasan darat agar lebih banyak orang dapat meninggalkan negara itu.
"Iran, Pakistan dan Tajikistan harus menarik lebih banyak orang lewat rute darat atau udara. Rute-rute yang penting itu digunakan segera," kata diplomat yang berbasis di Kabul itu, dikutip dari Reuters, Rabu (25/8).
Bahaya kemanusiaan yang membayangi Afganistan seperti risiko kelaparan, penyakit dan penganiayaan. Bahaya ini membayangi jutaan orang yang tetap berada di Afghanistan. "Sebuah 'badai besar' akan datang akibat kemarau panjang, konflik, pelemahan ekonomi, yang diperparah oleh Covid," kata David Beasley, direktur pelaksana Badan Pangan Dunia PBB (WFP), di Doha.
Beasley menyerukan komunitas internasional untuk menyumbang dalam bentuk bantuan makanan."Jumlah orang yang terancam kelaparan telah meningkat pesat menjadi 14 juta."
Uni Eropa mengatakan mereka berencana menambah bantuan hingga empat kali lipat bagi Afganistan dan tengah menjajaki kerja sama dengan PBB dalam pengiriman dan pengawalan bantuan.
Kepala hak asasi manusia PBB mengaku dirinya mendapat sejumlah laporan kredibel tentang adanya tindak kekerasan serius di Afganistan, termasuk "eksekusi tanpa pengadilan" terhadap warga sipil dan pasukan keamanan yang telah menyerahkan diri. Taliban mengatakan pihaknya akan menyelidiki setiap laporan tentang kekejaman.
Diplomat NATO yang menolak disebut namanya itu mengatakan sejumlah kelompok bantuan internasional sangat menginginkan agar staf lokal mereka di Afganistan dapat diungsikan ke negara-negara tetangga.
Ribuan orang Afganistan yang menghadapi ancaman persekusi telah memenuhi bandara Kabul sejak pengambilalihan kekuasaan. Mereka yang beruntung dapat diangkut dalam penerbangan yang kebanyakan disiapkan oleh negara-negara Barat. Sedikitnya 70 ribu orang telah dievakuasi dari Afganistan.
Taliban meminta proses evakuasi berakhir pada 31 Agustus. Mereka juga meminta AS untuk berhenti mendesak ahli-ahli Afganistan untuk meninggalkan negara itu.
Taliban yang mengambil alih ibu kota Kabul sejak 15 Agustus itu meminta warga Afganistan yang berada di bandara untuk pulang ke rumah. "Kami jamin keamanan mereka," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers di Kabul pada Selasa.
Presiden AS Joe Biden telah mengatakan pemerintahnya berupaya menyelesaikan evakuasi hingga 31 Agustus, dan berupaya untuk memperpanjang batas waktu. Dalam pidato di Gedung Putih dia mengatakan AS berlomba dengan waktu untuk memenuhi tenggat 31 Agustus ketika kekhawatiran pada serangan militan meningkat.
"Lebih cepat kita selesaikan, lebih baik," kata Biden. "Tiap hari operasi membawa risiko bagi para prajurit kita.