Turki Usir 10 Dubes Negara Barat, Termasuk Amerika Serikat
Pemerintah Turki mengusir 10 duta besar (dubes) negara-negara barat, termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Prancis. 10 dubes tersebut dinyatakan tidak lagi diterima (persona non grata) di Turki, karena mereka mendesak pembebasan tokoh filantropis Osman Kavala.
"Saya sudah memberikan perintah yang diperlukan kepada menteri luar negeri dan mengatakan yang harus dilakukan adalah: Kesepuluh duta besar ini semuanya harus dinyatakan persona non grata. Anda akan segera menyelesaikannya," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (23/10).
Dari 10 dubes tersebut, tujuh di antaranya mewakili pemerintahan negara-negara sekutu Turki di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ini akan menjadi keretakan diplomatik paling parah dengan pihak Barat selama 19 tahun Erdogan berkuasa.
Kavala telah empat tahun ditahan di penjara karena didakwa mendanai serangkaian protes di seluruh negeri Turki pada 2013. Dia juga dianggap terlibat dalam percobaan kudeta pada 2016. Kavala sudah membantah dakwaan-dakwaan tersebut, tapi ia tetap ditahan selama persidangan bergulir.
Tahun lalu Kavala dibebaskan dari dakwaan terlibat dalam rangkaian aksi protes pada 2014. Namun, putusan itu dibatalkan tahun ini. Dakwaan terhadap Kavala ditambah dengan kasus terkait percobaan kudeta.
Dewan Eropa, yang dikenal sebagai pemantau HAM, telah memberi peringatan terakhir kepada Turki. Peringatan ini untuk memenuhi putusan Pengadilan HAM Eropa agar membebaskan Osman Kavala sebelum dia menjalani peradilan.
Dalam pernyataan bersama tertanggal 18 Oktober, para duta besar Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Swedia, Finlandia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat mengeluarkan desakan agar kasus Kavala segera diselesaikan secara adil dan tokoh dermawan ini segera dibebaskan.
Duta-duta besar tersebut kemudian dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Turki, yang menyebut pernyataan bersama itu sebagai tindakan tidak bertanggung jawab. "Mereka tahu dan mengerti Turki. Begitu mereka tidak tahu dan tidak mengerti Turki, mereka harus pergi," katanya di depan massa di kota bagian barat laut, Eskisehir.
Kedutaan AS, Jerman, dan Prancis maupun Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS belum menanggapi permintaan untuk berkomentar. Sebelumnya, Erdogan mengungkapkan rencananya bertemu dengan Presiden AS Joe Biden pada KTT G20 di Roma pekan depan.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Norwegia mengatakan kantor kedutaannya di Ankara belum menerima pemberitahuan dari pihak berwenang Turki soal pengusiran. "Duta besar kami belum melakukan sesuatu yang bisa dikenai pengusiran," kata kepala komunikasi Kemlu Norwegia, Trude Maaseide, kepada Reuters.