Tanpa Pengetatan, Kasus Varian Omicron Inggris Diramal Tembus 64.000

Happy Fajrian
10 Desember 2021, 09:29
varian omicron, inggris,
ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah McKay/Pool/WSJ/dj
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan kebijakan pengetatan baru pada Rabu (8/12) untuk mengerem penyebaran varian Omicron.

Varian baru Covid-19 yang bernama Omicron pertama kali dideteksi di Afrika Selatan. Namun epidemiolog dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Prof. John Edmunds, meyakini varian ini dapat menyebar lebih cepat di Inggris daripada di negara asalnya.

UK Health Security Agency pada Kamis (9/12) mengumumkan bahwa telah mengidentifikasi 249 kasus Omicron baru, hampir dua kali lipat dari jumlah yang diumumkan sebari sebelumnnya. Dengan demikian total kasus Omicron di Inggris saat ini telah mencapai 817.

"Sangat mungkin ada lebih banyak kasus Omicron di masyarakat daripada yang dikonfirmasi oleh pengujian. Jumlahnya akan melonjak dalam beberapa minggu ke depan. Jika hari ini ada 1.000 kasus, dalam 2-3 hari jumlahnya akan mencapai 8.000, dan 64.000 dalam dua minggu,” ujar Edmunds seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (10/12).

Dia menambahkan bahwa penambahan kasus Omicron akan bersamaan dengan gelombang infeksi varian Delta yang masih berlanjut. "Tidak ada yang mau harus menerapkan kembali langkah-langkah (pengetatan) ini karena merusak ekonomi, sayangnya kami harus melakukan itu," ujarnya.

Dengan penyebaran virus yang sangat cepat, Inggris akan memiliki jumlah kasus yang sangat signifikan menjelang Natal. Oleh karena itu Edmunds mendukung langkah pengetatan baru, yang disebut rencana B, yang diumumkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson Rabu (8/12).

“Apapun yang kita lakukan sekarang, itu bukan reaksi berlebihan. Mengingat tingginya tingkat penularan (Omicron) di masyarakat, pembatasan perjalanan tidak akan banyak membantu,” kata Edmunds.

Pada kebijakan pembatasan baru yang diumumkan PM Johnson, pekerja diharapkan bekerja dari rumah, memakai masker di ruang publik, dan vaksinasi untuk memperlambat penyebaran varian Omicron.

Meski tidak seketat kebijakan penguncian wilayah atau lockdown, pengetatan ini diyakini tetap akan memukul perekonomian, terutama bisnis restoran, kafe, dan pertokoan yang berharap dapat meningkatkan pendapatannya menjelang Natal.

Bahkan banyak pembuat kebijakan di partai yang sama dengan PM Inggris yang marah dengan kebijakan ini. Mereka khawatir kebijakan pengetatan ini akan memukul pertumbuhan ekonomi seperti yang terjadi pada tahun lalu d imana ekonomi terkontraksi 10%.

"Saya sangat berharap kondisinya akan lebih membaik. (Sebab) kita tahu bahwa pertumbuhan eksponensial (Omicron) dapat menyebabkan peningkatan besar pasien rawat inap dan juga kematian," kata Johnson dalam konferensi pers Rabu.

Johnson, yang mencabut sebagian besar pembatasan Covid-19 di Inggris pada Juli setelah peluncuran vaksin yang cepat, telah bersumpah untuk melalui musim dingin tanpa menggunakan lockdown Covid-19 keempat kalinya.

Rencana B merupakan rencana cadangan yang disiapkan pemerintah Inggris. Bagian dari rencana itu, seperti memperkenalkan kembali masker di transportasi umum dan di toko-toko, telah diterapkan, tetapi pada hari Rabu Johnson mengatakan orang-orang juga sekarang harus bekerja dari rumah.

Masker wajah akan diperlukan di tempat-tempat umum seperti teater dan bioskop dan izin COVID akan diwajibkan untuk akses ke klub malam dan tempat-tempat dengan kerumunan besar.

Johnson mengatakan langkah-langkah baru diperlukan setelah 568 kasus Omicron ditemukan di negara itu, dengan data menunjukkan waktu penggandaan infeksi bisa antara dua dan tiga hari.

Sekretaris Kesehatan Sajid Javid mengatakan para pejabat memperkirakan bahwa jumlah infeksi Omicron sebenarnya sekitar 20 kali lebih tinggi dari jumlah kasus yang dikonfirmasi, yang berarti mereka bisa mendekati 10.000.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...