Jepang Bakal Setop Impor Batu Bara Rusia
Menyusul langkah pemberian sanksi yang dilakukan negara-negara G7 dan Uni Eropa terhadap Rusia, Jepang akan melarang impor batubara Rusia. Sanksi ini dilakukan sebagai bagian dari protes Jepang terhadap invasi yang dilakukan Rusia atas Ukraina.
“Dengan secara bertahap mengurangi impor, kami akan menurunkan ketergantungan energi pada Rusia dan akan fokus pada energi terbarukan dan tenaga nuklir untuk menggantikan pasokan yang hilang,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dikutip dari Financial Times, Jumat (8/4).
Sebagai informasi, Jepang merupakan importir batubara terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Rusia sendiri merupakan pemasok batubara terbesar kedua untuk Jepang.
Hubungan energi dengan Rusia sedikit sensitif, karena beberapa kota terbesar Jepang sangat bergantung pada Rusia untuk energi. Misalnya Hiroshima, yang mengimpor setengah dari pasokan gasnya dari Rusia, dan Tokyo sekitar 10%.
Selain itu, Jepang juga memiliki proyek gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dan minyak di Sakhalin dan Arktik. Terkait proyek LNG di dua lokasi ini, Jepang telah menyatakan tidak akan menarik komitmennya.
Untuk mendiversifikasi pasokan energi, yang pastinya akan terpukul karena larangan impor ini, Jepang mempertimbangkan untuk mendiversifikasi ke energi lain, seperti surya dan angin. Salah satu pilihan diversifikasi energi yang mencuat adalah, menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Mengutip Japan Times, Jumat (8/4), politikus Liberal Democratic Party Itsunori Onodera menyebutkan, percepatan restart reaktor nuklir yang terhenti setelah bencana Fukushima merupakan pilihan terbaik Jepang untuk mengatasi kekurangan minyak dan gas yang diakibatkan oleh sanksi yang dikenakan pada Rusia.
Saat ini, banyak reaktor Jepang masih menjalani proses perijinan di bawah standar keselamatan, yang diberlakukan setelah gempa bumi dan tsunami memicu kebocoran PLTN Fukushima.
Jepang saat ini hanya memiliki enam reaktor nuklir yang beroperasi penuh. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan 54 reaktor sebelum bencana Fukushima, dengan total kapasitas 6.190 megawatt.
“Jika kita bisa mempercepat verifikasi keamanan reaktor, dan kemudian mempercepat restart, nuklir akan menjadi pilihan terbaik untuk mengatasi kekurangan pasokan energi dari energi fosil," kata Itsunori.
Selain menhentikan impor batubara Rusia, Jepang juga akan melarang impor produk Rusia tertentu, termasuk vodka. Kemudian, melarang investasi baru dari Rusia dan membekukan aset bank Rusia Sberbank dan Alfa-Bank.
Sanksi Jepang terhadap Rusia sejauh ini terwujud dalam bentuk pembekuan aset pejabat dan oligarki Rusia, serta bank sentral dan komersial dan lembaga lainnya. Tokyo juga telah melarang ekspor teknologi sensitif ke Rusia dan menghapus beberapa bank Rusia dari jaringan pembayaran global SWIFT.
Selain itu, Jepang juga telah mengusir delapan diplomat Rusia pada Jumat (8/4). Hal tersebut merupakan reaksi ketidaksepahaman Jepang atas aksi Rusia yang melakukan pembunuhan terhadap warga sipil Ukraina.