Tuduhan Terhadap Grup Adani Picu Perselisihan Politik di India
Tuduhan penipuan yang dilontarkan perusahaan riset asal Amerika Serikat (AS) Hindenburg Research terhadap perusahaan milik miliardir India, Gautam Adani, memicu perselisihan politik di India.
Para pemimpin oposisi menghentikan fungsi parlemen untuk hari kedua berturut-turut pada Jumat (3/2), menuntut penyelidikan atas klaim tersebut.
Seperti diketahui, firma riset AS tersebut menuduh Grup Adani melakukan manipulasi saham dan penipuan keuangan. Tuduhan ini tertera dalam laporan yang dirilis oleh Hindenburg pada 24 Januari lalu. Setelah keluar laporan tersebut, saham perusahaan-perusahaan yang berada di bawah Grup Adani turun tajam.
Parlemen Menuntut Penyelidikan
Tak hanya merosotnya nilai saham, serta turunnya valuasi Grup Adani sebesar Rp 1.660 triliun, skandal ini juga menyulut perselisihan politik di India.
Mengutip BBC, Minggu (5/2), pada Jumat sesi pagi kedua majelis parlemen India ditunda, karena para pemimpin oposisi menuntut penyelidikan.
Anggota oposisi India telah menyerukan pembentukan Komite Parlemen Bersama atau panel yang diawasi Mahkamah Agung untuk menyelidiki tuduhan terhadap perusahaan, dan risiko bagi investor India dari jatuhnya saham perusahaan Adani.
Perusahaan-perusahaan Grup Adani tercatat telah kehilangan US$ 108 miliar dari nilai pasar mereka selama beberapa hari terakhir setelah perusahaan investasi yang berbasis di AS, Hindenburg Research, menerbitkan laporan yang menuduh Grup Adani melakukan manipulasi saham dan penipuan akuntansi selama beberapa dekade.
Grup Adani sebelumnya telah melontarkan bantahan atas isi laporan Hindenburg, dan menyebutnya sebagai "serangan terhadap India". Namun, respon tersebut gagal menghentikan jatuhnya saham Grup Adani.
Gautam Adani, sendiri telah keluar dari daftar 10 besar orang terkaya di dunia. Menurut daftar miliarder real-time Forbes, Adani sekarang adalah orang terkaya ke-15 di dunia, dengan kekayaan bersih US$ 74,7 miliar. Padahal, hingga pekan lalu ia masih berada dalam jajaran tiga besar orang terkaya di dunia.
Sebelumnya, anggota parlemen oposisi telah mengganggu proses parlemen pada hari Kamis juga, setelah pemberitahuan mereka untuk menangguhkan bisnis untuk membahas masalah Adani ditolak oleh pemerintah.
"Seharusnya juga ada pelaporan harian tentang penyelidikan atas masalah ini," kata Mallikarjun Kharge, ketua partai oposisi utama, dikutip dari BBC.
Kongres juga menuduh pemerintah memaksa Bank Negara India (State Bank of India/SBI), bank sektor publik, dan perusahaan asuransi milik pemerintah, Life Insurance Corporation of India (LIC), untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini dinilai dapat membahayakan tabungan masyarakat.
Namun pada Jumat (3/2), menteri keuangan India Nirmala Sitharaman, mengutip pernyataan sebelumnya yang dibuat oleh SBI dan LIC, mengatakan kepada sebuah saluran berita bahwa paparan kedua perusahaan tersebut terhadap grup Adani "berada dalam batas yang diizinkan".
Ia juga mengatakan bahwa pasar keuangan India "teratur dengan baik" dan kepercayaan investor tidak akan terguncang.
Kongres juga telah mengumumkan rencana untuk mengadakan protes nasional di luar kantor perusahaan Grup Adani, bank yang dinasionalisasi, dan lembaga publik pada hari Senin.
Pemimpin partai KC Venugopal menuduh pemerintah yang dipimpin BJP menggunakan uang rakyat biasa untuk mendukung teman-teman terdekat mereka.
Gautam Adani sendiri dianggap dekat dengan Perdana Menteri Narendra Modi, dan telah lama menghadapi tuduhan dari politisi oposisi bahwa dia mendapat keuntungan dari ikatan politiknya. Namun, tudingan ini telah dibantah oleh Adani.