Negara Liga Arab Kaya Minyak Mau Gabung BRICS, Lawan Dominasi Amerika
Sejumlah negara yang tergabung dalam Liga Arab seperti Aljazair, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Bahrain, dan Iran mengajukan diri untuk bergabung dengan BRICS. Lembaga tersebut merupakan organisasi negara berkembang yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan.
Duta Besar Afrika Selatan untuk BRICS, Anil Sooklal, mengatakan secara total ada 19 negara yang minta bergabung dengan aliansi BRICS. Permintaan itu muncul seiring dengan dengan prediksi atas capaian BRICS yang dinilai bisa melampaui dominasi negara G7 pimpinan Amerika Serikat.
Berdasarkan catatan Bloomberg gabungan kekuatan negara berkembang itu akan segera mengalahkan negara terkaya di dunia saat ini. Arab Saudi, UEA, Aljazair, Mesir, Bahrain, dan Iran telah secara resmi meminta untuk bergabung dengan kelompok negara BRICS saat aliansi tersebut bersiap untuk mengadakan pertemuan puncak tahunannya di Afrika Selatan.
BRICS akan mengadakan pertemuan puncak tahunan di Cape Town pada pekan pertama bulan Juni. Jajaran menteri luar negeri dari kelima negara anggota telah mengkonfirmasi kehadiran mereka.
"Tiga belas negara telah secara resmi meminta untuk bergabung, dan enam negara lainnya telah meminta secara informal,” kata Anil, dikutip dari Bloomberg pada Rabu (3/5).
Kekuatan Baru BRICS
Hasil analisis Bloomberg menyatakan negara-negara G7 dan BRICS masing-masing berkontribusi seimbang terhadap pertumbuhan ekonomi global pada 2020. Kinerja blok G7 baru-baru ini menurun. Pada tahun 2028, G7 diproyeksikan hanya berkontribusi terhadap 27,8% dari ekonomi global. Sementara BRICS merangsek menjadi 35%.
Wakil Ketua Duma Negara Rusia, Alexander Babakov, mengungkapkan bahwa BRICS sedang bekerja untuk mengembangkan mata uang baru yang akan dipresentasikan pada pertemuan puncak organisasi mendatang. Duma adalah lembaga legislatif majelis yang menjadi bagian dari Majelis Federal Rusia yang berbasis di Moskow.
Negara-negara anggota BRICS menyumbang lebih dari 40% populasi global dan sekitar seperempat dari PDB global. Ketertarikan dari negara-negara ‘Global South’ untuk bergabung dengan BRICS datang pada saat semakin banyak pemerintah negara yang menjauh dari dolar AS.
Greenback menjadi lebih tidak dapat diandalkan untuk ekonomi dolar karena kenaikan suku bunga yang diatur oleh Federal Reserve AS (FED). Selain itu juga terjadi kemerosotan bank terhadap dolar melalui sanksi keuangan.
Selain itu, barat – terutama Eropa – sedang menghadapi krisis energi yang meningkat akibat sanksi yang menargetkan pasar energi Rusia karena invasi ke Ukraina dan sabotase AS terhadap pipa Nordstream.