Chatib Basri: Yuan Cina Belum Kuat Gantikan Dolar AS secara Global
Sejumlah negara termasuk berencana melakukan dedolarisasi karena dolar AS telah kehilangan status sebagai mata uang cadangan utama dunia. Lalu mata uang manakah yang berpotensi menggantikan dolar Amerika Serikat?
Mantan Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri menyebut Renmibi (Yuan Cina) belum cukup kuat gantikan dolar AS.
“Menurut saya peran dari mata uang Renminbi secara gradual memang akan meningkat, namun butuh waktu amat panjang untuk menggantikan US dolar,” ungkap Chatib dalam unggahan Instagram pribadi @chatibbasri, Minggu (21/5).
Dedolarisasi, atau proses penggantian dolar AS sebagai mata uang untuk perdagangan dan atau komoditas lain merupakan langkah memutus ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan internasional.
Ada tiga alasan yang melatarbelakangi pendapat Chatib. Pertama, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekonom Barry Eichengreen dari Universitas California Berkeley, saat ini likuiditas renminbi masih sangat kecil.
Sementara untuk isu Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), masih didominasi oleh dolar AS dan Euro, masing-masing 40%. Di sisi lain, peran dari Cina dalam global aset baru sekitar 4%.
“Akibat base yang kecil ini, jika negara-negara ingin beralih dari dolar AS ke Renminbi, maka akan timbul transaction cost karena tidak semua partnernya menggunakan (Renminbi),” kata Chatib.
Kedua, agar Renminbi dapat dipergunakan di semua negara, Cina harus melakukan capital account liberalisation, tanpa itu, Renminbi tidak fully convertable.
Ketiga, triffin dilemma masih menjadi perdebatan karena pasokan berlebih mata uang yang dipegang negara lain memicu defisit perdagangan.
“Jika mata uang Cina diinginkan beredar di negara lain maka mereka harus menjalankan current account deficit, apakah Cina bersedia?” pungkas Chatib.
Di sisi lain, Indonesia telah berusaha mengurangi ketergantungan dolar sejak 2018. Sejak saat itu Bank Indonesia (BI) menggencarkan penggunaan mata uang lokal melalui settlement currency atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan negara mitra.
Local Currency Settlement (LCS) adalah penyelesaian transaksi bilateral antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara di mana setelmen transaksinya dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah negara masing-masing.
Saat ini transaksi lebih luas dilakukan lewat skema Local Currency Transaction (LCT) dengan sejumlah negara seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Cina, dan Korea Selatan.
Fenomena dedolarisasi telah dilakukan banyak negara. Aliansi negara BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) berencana meluncurkan mata uang baru sebagai alternatif mata uang dunia yang independen dari dominasi dolar.
India sejak April 2023 telah meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka, salah satunya dengan Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA).
Di kawasan ASEAN, pada Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ke-42 Asean 2023 di Labuan Bajo (11/5), para pemmimpin negara sepakat mendorong dedolarisasi.
Sementara itu Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau IMF Kristalina Georgieva mengungkapkan dolar AS telah kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan utama dunia.
IMF melihat Euro sebagai kandidat terkuat untuk menggantikan dolar, selain poundsterling Inggris, yen Jepang, dan yuan Cina.