Israel atau Hamas, Siapa Pelaku Serangan ke Rumah Sakit di Gaza?
Rumah Sakit Baptis Al-Ahli menjadi target serangan udara pada Selasa malam (17/10). Serangan ini menyebabkan 500 orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka. Namun, informasi yang simpang siur memicu pertanyaan siapa dalang di balik serangan ke fasilitas umum tersebut.
Intelijen Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa Israel bukanlah pihak yang harus disalahkan dalam serangan ke rumah sakit di Gaza yang menewaskan ratusan orang. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC), Adrienne Watson, mengatakan bahwa keyakinan tersebut didapat melalui serangkaian pengumpulan informasi dengan citra satelit hingga penyadapan.
"Berdasarkan analisis citra di atas kepala, penyadapan, dan informasi sumber terbuka, Israel tidak bertanggung jawab atas ledakan di rumah sakit di Gaza kemarin," kata Watson, seperti dikutip AFP, Rabu (18/10)
Meski banyak yang menuding Israel yang melakukan serangan terhadap rumah sakit ini, negara tersebut membantahnya. Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menyangkal bahwa militernya yang melakukan serangan udara terhadap RS tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyalahkan roket Jihad Islam Palestina (PIJ) yang gagal menyeberang ke Israel. IDF mengatakan pihaknya sudah melakukan penyelidikan terkait sumber ledakan, dan menyatakan bahwa rumah sakit tersebut adalah bangunan yang sangat sensitif dan bukan target IDF.
“Analisis sistem operasional IDF menunjukkan bahwa rentetan roket ditembakkan oleh teroris di Gaza, dan melintas di dekat rumah sakit al-Ahli di Gaza pada saat serangan itu terjadi. Intelijen dari berbagai sumber yang kami miliki menunjukkan bahwa Jihad Islam bertanggung jawab atas kegagalan peluncuran roket yang menghantam rumah sakit di Gaza," kata IDF, seperti dikutip Fox News, Rabu (18/10).
Sementara Hamas pun membantah melancarkan serangan tersebut dan menuding Israel yang melakukannya. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengutuk serangan udara ke RS Al-Ahli ini dengan mengatakan insiden ini menjadi "titik baru" perang dengan Israel.
Banyak pihak yang tidak mempercayai klaim Israel bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh roket yang diluncurkan oleh kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ). Skeptisisme ini dipicu oleh kontradiksi antara tanggapan langsung dan tanggapan Israel di kemudian hari.
Fakta-Fakta di Balik Serangan ke Rumah Sakit di Gaza
Sebelum serangan terjadi, ternyata Israel telah memberikan peringatan evakuasi kepada Rumah Sakit Al-Ahli Baptis. Rumah sakit yang dikelola Gereja Anglikan ini menyediakan perawatan dan perlindungan bagi ratusan warga Palestina yang terluka dan terlantar akibat serangan Israel di Gaza selama hampir dua pekan.
"Rumah sakit tersebut telah menerima ancaman dari Israel untuk dievakuasi atau dibom," ujar pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina, seperti dikutip Middle East Eye, Rabu (18/10).
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, pekan lalu Israel meminta semua rumah sakit di Gaza utara dan pusat Kota Gaza untuk dikosongkan. Kementerian Kesehatan Palestina menolak ancaman tersebut dan menolak meninggalkan pasien yang rentan.
Sohaib al-Hems, seorang dokter di Gaza juga mengatakan staf Rumah Sakit al-Awda di Jabalia dan Rumah Sakit Bantuan Umum di Kota Gaza menolak untuk meninggalkan rumah sakit. Direktur rumah sakit al-Awda mengatakan tidak mungkin mengevakuasi orang yang sakit dan terluka.
Bahkan Israel memberikan perintah pengosongan rumah sakit di wilayah selatan Gaza, atau menghadapi serangan udara. Salah satu rumah sakit yang menerima perintah evakuasi adalah Rumah Sakit Khusus Kuwait. Namun staf rumah sakit menolak perintah tersebut.
Setidaknya ada 22 rumah sakit dan layanan kesehatan yang telah menerima ancaman Israel untuk segera dikosongkan sejak 7 Oktober, termasuk Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara. Dalam 22 rumah sakit tersebut tengah merawat lebih dari 2.000 pasien di Jalur Gaza seiring dengan intensifnya kampanye pengeboman.
Daftar rumah sakit tersebut di antaranya Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, Rumah Sakit Al-Awda (Gaza utara), Rumah Sakit Indonesia (Gaza utara), Rumah Sakit Balsam (Gaza utara), Rumah Sakit Karama Gaza (Gaza utara), Rumah Sakit Al Shifa (Kota Gaza), Rumah Sakit Al-Quds (Kota Gaza), Rumah Sakit Lapangan Yordania (Kota Gaza), Rumah Sakit Anak El-Dorra (Kota Gaza), (Rumah Sakit Martir Al-Aqsa (Kota Gaza), dan Pusat Medis Al-Wafa (Kota Gaza).
Kemudian Rumah Sakit Baptis Al-Ahli al-Arabi (Kota Gaza), Rumah Sakit Bantuan Umum (Kota Gaza), Rumah Sakit Anak Alnasr (Kota Gaza), Rumah Sakit Mata St John (Kota Gaza), Masyarakat Kebajikan Teman Pasien (Kota Gaza), Masyarakat Kompleks Medis Assahaba (Kota Gaza), Rumah Sakit Mata Gaza (Kota Gaza), Rumah Sakit Jenin (Kota Gaza), Rumah Sakit Jiwa Gaza (Kota Gaza), Rumah Sakit Gaza Eropa (Gaza selatan), dan Rumah Sakit Khusus Kuwait (Gaza selatan).
Seorang pejabat senior kesehatan di Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Israel telah menembakkan dua peluru artileri sebagai peringatan di Rumah Sakit Arab al-Ahli beberapa hari sebelum ledakan.
Selain itu, Duta Besar Palestina di PBB Riyad Mansour menyatakan bukti lain yang menunjukkan kebohongan pihak Israel. "Dia adalah pembohong. Juru bicaranya dan juru bicara digitalnya men-tweet bahwa Israel melakukan serangan, mereka menyatakan bahwa sekitar rumah sakit merupakan markas Hamas. Dan dia kemudian menghapus tweet tersebut," ujar Mansour.
Penyataan Mansour merujuk pada kicauan ajudan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Hananya Naftali, di media sosial X. "BERITA TERKINI: Angkatan Udara Israel hantam markasa teroris Hamas yang berada di rumah sakit Gaza," tulisnya dalam sebuah unggahan yang sudah dihapus.
Usai menghapus pernyataan itu, Naftali langsung membuat unggahan baru yang menyatakan Hamas yang melakukan serangan terhadap rumah sakit di Gaza. Dia pun terus-menerus membangun narasi bahwa Hamas tega menggunakan warga sipil untuk menjadi tameng, sehingga bisa mengorbankan rumah sakit tersebut.
Jumlah Korban Tewas Perang Israel Vs Hamas
Total korban tewas imbas perang kelompok militan Palestina, Hamas, dengan Israel sudah mencapai 4.700 jiwa dalam waktu kurang dari dua pekan. Adapun jumlah korban luka-luka warga Israel dan Palestina dalam perang ini mencapai 17.500 orang.
Melansir pemberitaan Reuters, Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila, melaporkan sudah 3.300 orang meninggal dunia dan lebih dari 13 ribu orang luka-luka sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu hingga 18 Oktober 2023. Sementara mengutip Jerusalem Post, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan terdapat 1.400 warga Israel meninggal dunia dan 4.500 lainnya mengalami luka-luka.