Sinopsis Novel Pulang, Kisah Fiksi Terinspirasi G30S

Destiara Anggita Putri
30 September 2022, 22:30
SInopsis Novel Pulang
Unsplash

Hal ini lantas membuatnya bimbang karena ia tidak pernah sekalipun menginjakkan diri di tanah kelahiran ayahnya, Indonesia. Namun berkat dukungan dari kedua orangtuanya dan ketiga teman ayahnya (Nugroho, Risyaf, dan Tjai), dia memutuskan untuk berangkat dan berhasil mendapatkan visa untuk masuk ke Indonesia.

Lintang pun tiba di Indonesia saat situasi Tanah Air tengah memanas. Selama proses pengerjaan tugasnya, dia banyak dibantu oleh Segara Alam dan kawan-kawannya dari LSM Satu Bangsa. Di sana Lintang menjadi saksi mata dari dua peristiwa besar yang kelak mengubah nasib Indonesia. 

Lantas, peristiwa apa saja yang dia saksikan selama berada di Indonesia?

Apakah Dimas dan kawan-kawannya akan bisa kembali pulang ke Indonesia?

Kutipan Novel Pulang Karya Leila S.Chudori

Setelah mendapat gambaran sinopsis novel Pulang, Anda tidak hanya disuguhkan oleh cerita yang menarik. Itu karena, Leila S.Chudori merupakan seorang penulis yang gemar menyisipkan kutipan puitis dan penuh makna kehidupan yang selalu berhasil menyentuh hati pembacanya. Hal ini pula ia terapkan ke dalam novel Pulang.

Tidak hanya tentang patriotisme saja, pembaca akan  menemukan banyak  kutipan tentang keluarga, cinta, persahabatan, hingga kehidupan itu sendiri. Berikut ini beberapa diantaranya. 

“Setiap huruf berloncatan mencari jodoh membentuk kata; setiap kata meliuk, melesat, dan mungkin saling bertabrakan dan rebutan mendapatkan jodoh untuk membentuk daya puitik. Setiap huruf mempunyai ruh, mempunyai nyawa, dan memilih kehidupannya sendiri.”

“Ibu manapun, yang baik atau buruk, tetap terluka ketika anaknya dicela. Meski celaan itu tidak salah, dan juga bukan fitnah. Tetapi tali pusar anak dari ibunya hanya diputus oleh sebilah gunting dunia. Di antara mereka berdua ada pertalian abadi, yang bahkan oleh seorang ayah pun tak bisa dipahami."

“Apakah kita sudah harus mengambil jeda dalam perjalanan yang masih panjang ini. Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. Jangan.”

“Aku hanya yakin pada diri sendiri, bahwa keinginanku hanya terus-menerus berlayar. Atau menggunakan bahasa Maman, aku terbang seperti burung camar tanpa ingin hinggap. Akibatnya, nasib yang memilihku. Bukan aku yang menentukan nasib.”

“Siapakah pemilik sejarah? Siapa yang menentukan siapa yang jadi pahlawan dan siapa yang penjahat? Siapa pula yang menentukan akurasi setiap peristiwa?”

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...