Tingkatkan Imunitas di Saat Pandemi, Ini Tips Berjemur Matahari Pagi

Sorta Tobing
30 Maret 2020, 14:02
Berjemur sinar matahari pagi, Tips Berjemur sinar matahari pagi, Fakta Berjemur sinar matahari pagi, Berjemur sinar matahari pagi Terhindar Corona, Imunitas tubuh, virus corona, pandemi corona, covid-19
ANTARA FOTO/Septianda Perdana/foc.
Seorang ibu menjemur kedua anaknya di bawah sinar matahari di Medan, Sumatera Utara, Minggu (22/3/2020). Berjemur menjadi salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh di tengah pandemi virus corona.

Kasus virus corona terus meningkat setiap hari. Segala upaya sedang masyarakat  lakukan untuk mencegah penularannya. Salah satu caranya adalah dengan berjemur sinar matahari pagi.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sampai mengeluarkan imbauan untuk warganya membiasakan dirinya berjemur di tengah pandemi corona. Paling tidak kegiatan ini bisa dilakukan minimal 15 menit setiap hari pada pagi atau sore hari.

“Yang biasa kerja di kantor, saya mohon para manajer dan direkturnya untuk mengeluarkan pegawainya 15 menit saja. Supaya terkena sinar matahari, itu penting,” kata Risma di Surabaya. Minggu (29/3), seperti dilansir dari Antara.

Tak hanya itu, ia juga menganjurkan warga Surabaya untuk minum vitamin C, rajin olahraga, dan istirahat teratur. Tujuannya, agar imunitas tubuh tetap stabil. Virus Covid-19 menginfeksi manusia ketika daya tahan tubuhnya lemah.

(Baca: Universitas Oxford Cari Sukarelawan untuk Jajal Vaksin Virus Corona)

Nah, soal berjemur ini ternyata tak semua sinar matahari baik untuk kesehatan tubuh. Ahli gizi Dokter Tan Shot Yen dalam sebuah video di Youtube mengatakan pukul 10 pagi merupakan waktu yang paling tepat.

Pada waktu tersebut matahari akan memancarkan ultraviolet B. “UV B ini gelombangnya lebih pendek. Kita harus tunggu sedikit mataharinya naik. Jadi, di khatulistiwa sekitar jam 10 sudah ada,” ujar Tan.

Ketika ultraviolet B masuk ke tubuh ia membawa provitamin B3. Bersama dengan kolesterol di bawah kulit manusia, B3 akan membentuk D3. “Vitamin inilah yang menjadi sumber kekebalan tubuh manusia,” ucapnya.

(Baca: Bahaya Menyemprot Disinfektan Corona Mengandung Klorin ke Tubuh)

Vitamin D3 juga memiliki fungsi lain, yaitu mencegah kanker dan penyakit autoimun. Jadi, konsep berjemur sebenarnya bukan mematikan virus corona. Namun, meningkatkan imunitas tubuh agar mampu melawan virus.

Lamanya waktu berjemur terganggu kondisi kulit. Tan menyarankan sekitar 15 menit per hari untuk kulit yang terang. Sementara, kulit yang gelap sektiar 20 menit. Paling tidak sepertiga dari kulit harus terkena sinar matahari untuk penyerapan maksimal. Daerah punggung dapat menjadi area yang cukup luas untuk melakukan hal itu.

Gelombang Sinar Matahari yang Berbahaya Bagi Kulit

Situs Halodoc menyebut ada tiga macam gelombang sinar matahari. Yang pertama adalah ultraviolet A. Biasanya muncul pada pagi hari, sekitar pukul tujuh. Gelombang sinarnya lebih panjang daripada UV B sehingga dapat masuk ke dalam jaringan kulit. Kalau seseorang terlalu lama terpapar UV A, dapat menyebabkan melanoma (kanker kulit) dan membuat kulit cepat keriput.

UV B gelombangnya lebih pendek sehingga hanya mencapai permukaan kulit saja. Namun, jika terlalu lama terpapar sinar ini akan menyebabkan kulit gosong atau kemerahan. Untuk mencegah hal itu, dapat memakai krim proteksi sinar matahari atau sunblock dengan SPF (sun protector factor) tertentu.

Sementara, UV A dapat ditahan dengan PA atau protection grade of UV A. Sayangnya, banyak orang memilih sunblock berdasarkan SPF aja. Karena itu, pastikan membeli tabir surya mengandung kedua bahan tersebut.

(Baca: Imbauan Tak Manjur, Jokowi Minta Langkah Tegas Cegah Warga Mudik)

Yang terakhir adalah ultraviolet C. Jenis sinar ini yang paling berbahaya untuk kulit. Namun, gelombang ini ternyata bisa dimanfaatkan untuk membunuh spora, bakteri, beragam tipe jamur, cendawan, protozoa, dan virus.

Tim peneliti dari Universitas Indonesia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, melansir dari Kompas.com, sedang mengembangkan pemanfaatan sinar tersebut. Tujuannya, untuk menjadi bahan pengganti disinfektan yang sedang langka di tengah pandemi corona.

“Alat ini akan sangat membantu rumah sakit yang saat ini kewalahan mendapatkan disinfektan akibat kelangkaan maupun melambungnya harga,” kata Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI Abdul Haris dalam keterangan persnya, Jumat lalu.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...