Pertamina Targetkan Proyek Tiung Biru Beroperasi Tahun Depan
Pertamina EP Cepu atau PEPC yakin proyek gas Jambaran Tiung Biru atau JTB bisa beroperasi mulai tahun depan. Biarpun perusahan harus menghadapi sejumlah tantangan seperti penyebaran virus corona dan kondisi cuaca.
Direktur Utama PEPC Jamsaton Nababan mengatakan pekerjaan rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) fasilitas proses gas proyek JTB hingga saat ini mencapai 54,94%. Terdapat minus sebesar 0,41% dari target pengembangan proyek yang seharusnya mencapai 55,35%.
Jamsaton menjelaskan pekerjaan konstruksi proyek tersebut terhambatnya karena penyebaran virus corona. Pandemi virus Covid-19 itu telah membuat beberapa negara memberlakukan karantina atau lockdown. Perusahaan pun kesulitan mengimpor barang dan material proyek terutama dari talia, Korea, dan Tiongkok.
Pertamina bersama PT Rekayasa Industri (Rekind) sebagai pemimpin konsorsium EPC akhirnya berkordinasi dengan para vendor agar pengiriman barang dan material bisa terjaga. "Kami juga mengambil langkah strategis dengan memindahkan fabrikasi ke Indonesia atas seizin lisensor, sehingga isu akan terjadi keterlambatan material bisa kami selesaikan," kata Jamsaton.
Selain itu, tantangan curah hujan yang sangat tinggi di Bojonegoro sepanjang Desmeber tahun lalu juga sempat membuat jam kerja efektif berkurang. Akhirnya, Pertamina dan Rekind memutuskan agar pekerja bekerja pada malam hari, bahkan beberapa fasilitas dikerjakan selama 24 jam.
Kemudian, Perusahaan pelat merah itu juga mendatangkan sembilan unit pompa air besar untuk mengantisipasi genangan air. Produktivitas juga ditingkatkan dengan mendatangkan dua unit tambahan automatic welding machine, sehingga pekerjaan pipa tidak terganggu.
Dengan upaya tersebut, Jamsaton yakin proyek JTB bisa mencapai target perusahaan. "Progres sudah melampaui angka psikologis di atas 50%, waktu tersisa masih satu setengah tahun hingga juli 2021. Melihat itu, kami yakin target onstream proyek JTB bisa tercapai," ujar Jamasaton melalui video conference, Kamis (19/3).
(Baca: PEPC Sumbang Laba Terbesar ke Pertamina Tahun Lalu)
Direktur Utama Rekind Yanuar Budinorman menilai penurunan pekerjaan konstruksi masih dalam batas wajar. Meski demikian, pihaknya akan terus meningkatkan pekerjaan proyek dalam waktu dua bulan ke depan.
Salah satu upayanya yaitu menambah jumlah pekerja lapangan hingga mencapai 1.000 orang. Hal itu juga diharapkan dapat membawa dampak signifikan atas kemajuan proyek JTB.
"Dalam rangka rebound, kami tingkatkan pekerjaan sekitar 500 hingga 1.000 untuk dua bulan ke depan dan mayoritas lokal," ujar Yanuar.
Adapun, proyek JTB dikelola oleh PEPC dengan hak partisipasi sebesar 92% dan sisanya sebesar 8% dipegang oleh Pertamina EP (PEP). Proyek ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastuktur Prioritas (KPPIP).
Proyek tersebut diproyeksi berproduksi pada 2021 dengan rata-rata produksi gas mencapai 315 MMscfd. Namun, gas yang bisa dijual hanya sebanyak 192 MMscfd.
Alokasi gas sebesar 100 MMscfd telah dijual ke PLN untuk kebutuhan listrik di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sisanya akan digunakan untuk memasok kebutuhan industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
(Baca: Pertamina Mulai Pengeboran Dua Sumur Baru Proyek JTB Tahun Depan)