Harga Minyak Jenis Brent Anjlok 28% Dalam Sepekan Karena Virus Corona
Harga minyak terus tergelincir dalam tiga hari terakhir. Bahkan, harga Brent mengalami penurunan terbesar sejak 1991 seiring rendahnya permintaan akibat wabah virus corona.
Dilansir dari Reuters, harga Brent pada perdagangan Jumat (13/3) pukul 08.26 WIB turun 2% menjadi US$ 32,55 per barel setelah turun lebih dari 7% pada hari kemarin. Selama sepekan harga Brent telah jatuh 28%, penurunan terbesar secara mingguan sejak 18 Januari 1991 ketika harga anjlok 29% karena Perang Teluk I.
Harga minyak Amerika Serikat juga menuju level terburuk dalam sepekan sejak 2008. Harga minyak West Texxas Intermediate atau WTI turun 2,1% menjadi US$ 30,84 per barel. Kontrak dalam sesi sebelumnya jatuh 4,5%.
Secara mingguan, WTI jatuh 25% pada pekan ini, penurunan terbesar sejak 19 Desember 2008 ketika harga WTI turun 27% karena krisis keuangan global.
(Baca: Harga Minyak Rendah, Pelaku Industri Migas Minta Insentif Fiskal)
Banjirnya minyak dengan harga murah dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab membuat tekanan yang intensif terhadap harga setelah sebelumnya harga ditopang kesepakatan dengan Rusia pada pekan lalu.
Dengan penyebaran virus corona, permintaan minyak global turun pertama kalinya dalam beberapa tahun. "Peningkatan produksi dari Arab Saudi dan Rusia mungkin membuat kelebihan pasokan hingga 4 juta barel per hari," kata Eurasia Group seperti dilansir dari Reuters.
Sebanyak empat juta barel per hari setara dengan 4% konsumsi global sebelum wabah virus corona di Tiongkok. Namun, penyebaran virus tersebut telah membuat harga minyak jatuh.
(Baca: Chevron Kaji Pemangkasan Belanja Modal karena Harga Minyak Anjlok)