Sejarah Festival Musik DWP yang Pernah Vakum dan Ditolak Massa
Tapi pada 2011, acara itu diadakan di Tennis Indoor & Outdoor Senayan, Jakarta Selatan. Kemudian pada 2012, DWP berpindah ke Istora Senayang, Jakarta Selatan. Setahun kemudian, festival ini berlangsung di Eco Park Ancol, Jakarta Utara.
Pada 2014 sampai 2017, DWP akhirnya menetap di JIExpo. Untuk merayakan satu dekade perjalanannya, pada 2018 acara ini berlangsung di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Bali.
Dalam lima tahun awal keberadaannya, acara tersebut hanya berlangsung satu hari. Baru setelahnya menjadi dua hari. Pada 2016, DWP berhasil menggaet 20 ribu penonton dari 39 negara.
Penolakan terbuka terhadap festival itu mulai terjadi pada 2017 ketika pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memimpin Jakarta. Namun, protes ini tidak menggoyahkan keputusan pemerintah provinsi Jakarta. DWP tetap berjalan dengan beberapa imbauan.
Imbauan pertama adalah tidak boleh ada perdagangan minuman keras untuk pengunjung berusia di bawah 21 tahun. Lalu, harus ada tarian tradisional diselipkan ketika acara berlangsung.
(Baca: Mengenang Musisi Djaduk Ferianto Yang Tutup Usia Hari Ini)
Pemerintah provinsi kembali memberi imbauan serupa. “Jika janji ini dilanggar, maka Pemprov DKI Jakarta akan bertindak tegas, termasuk di dalamnya mencabut izin kegiatan,” kata Alberto Ali, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, seperti dilansir Tirto.id.
Pemerintah provinsi melihat potensi pendapatan dari DWP mencapai Rp 6 miliar. Tahun ini panitia akan menghadirkan 72 pengisi acara, seperti Yellow Claw, Zedd, The Chainsmoker, Calvin Harris, Dipha Barus, Kallula, Monica Karina, Matter Mos, Jidho, dan Kayman.
Penulis: Amelia Yesidora (Magang)