Kronologi Listrik Mati Massal dan Kurang Antisipasinya PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengungkapkan kronologi penyebab listrik mati di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi, Banten, dan Jawa Barat. Perusahaan pelat merah itu mengakui keterlambatan mengantisipasi kendala distribusi listrik sehingga pemadaman total terjadi dalam waktu lama.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani menyatakan aliran listrik di Pulau Jawa dan Pulau Bali berasal dari timur ke barat. "Penopang jaringan backbone lewat dua transmisi, yaitu utara dan selatan, masing-masing memiliki dua sirkuit, jadi ada empat sirkuit," kata Sripeni di Jakarta, Senin (5/8).
(Baca: Sripeni Inten Cahyani, Plt Dirut PLN yang Disorot karena Listrik Mati )
Dia mengungkapkan sistem transmisi utara adalah dari Rembang-Ungaran-Mandiraja dan selatan lewat Kediri-Kasugihan-Tasik. Masing-masing sirkuit memiliki daya kirim sebesar 500 kilovolt.
Pada Minggu (4/8) pukul 11.48 WIB, sistem transmisi listrik di dua sirkuit wilayah utara mati. Sehingga, seluruh arus listrik dari Ungaran di utara pindah ke Kasugihan dan Tasik di wilayah selatan.
Saat sistem transmisi utara mati, pada waktu bersamaan PLN tengah melakukan pemeliharaan untuk satu sirkuit di selatan. Alhasil, arus listrik dari timur ke barat yang biasanya lewat empat sirkuit, hanya lewat satu sirkuit. Sehingga, ada kelebihan beban dan pembangkit yang ada di wilayah aliran barat mengalami pelepasan.
(Baca: Datangi Kantor PLN, Jokowi Marah Minta Listrik Mati Tak Terulang Lagi )
"Secara proteksi, arus di Tasik-Depok putus tetapi wilayah aliran timur masih normal, pelepasan diri secara otomatis karena perlindungan terhadap mesin pembangkit (di wilayah barat). Pelepasan yang memicu terjadi pemadaman di bagian barat," ujar Sripeni.
Proses antisipasi PLN pun masih lambat setelah terjadi pemadaman. Menurutnya, pembangkit listrik di Saguling, Jawa Barat sebagai stabilisator darurat siap memberikan arus ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya dan Balaraja pada pukul 14.00 WIB. Namun, PLTU Suralaya yang dingin butuh waktu lebih dari 8 jam supaya panas menghasilkan uap.
(Baca: Pulihkan Aliran Listrik Mati, PLN Lakukan Pemadaman Bergilir)
Padahal, PLTU Suralaya punya kapasitas pasokan untuk mengalirkan arus listrik ke pembangkit listrik di Muara Karang dan Tanjung Priok. "Baru sampai di Muara Karang dan Tanjung Priok pukul 18.00 WIB masuk secara bertahap karena harus hidup satu per satu," kata Sripeni lagi.
Dia mengungkapkan, PLN telah mengusulkan peningkatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk penguatan transmisi seluruh sirkuit di utara dan selatan dengan penambahan jaringan sirkuit. Namun, PLN juga akan melakukan investigasi penyebab jaringan putus di sirkuit utara.
Sripeni juga menyatakan proses penurunan dari pembangkit listrik besar sampai ke konsumen juga butuh proses bisnis yang rumit. "Kami mohon maaf, kami akui akan kami pangkas, kami akan satukan menjadi pusat kontrol yang terintegrasi untuk penyaluran dan distribusi dalam rangka percepatan," katanya.
(Baca: Listrik Mati Massal di Jawa Bukan Kali Pertama, Tahun Lalu pun Terjadi)