Wabah Hepatitis A di Pacitan, Waspadai Penyebab dan Penularannya

Image title
Oleh Abdul Azis Said
3 Juli 2019, 07:56
Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (veltbed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019). Pemkab Pacitan menetapkan status KLB (kejadian luar biasa) wabah Hepatitis A di enam kecamatan setel
ANTARA FOTO/DESTYAN SUJARWOKO
Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (veltbed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019). Pemkab Pacitan menetapkan status KLB (kejadian luar biasa) wabah Hepatitis A di enam kecamatan setelah penyakit sangat menular itu mulai terdeteksi pada 19 Juni 2019 dengan jumlah 84 pasien, dan terus melonjak hingga kini Kamis (27/6/2019) mencapai 824 penderita.

“Yang paling memungkinkan dengan outbreak (wabah) yang seperti ini mungkin ada cemaran sumber air oleh virus hepatitis A. Air ini digunakan secara massal oleh banyak orang padahal mengandung virus hepatitis A,” kata Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI, Achmad Yurianto, seperti dilansir BBC.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, Eko Budiono, membenarkan adanya pola penggunaan air yang tidak terjamin kerbersihannya. Daerah ini juga dalam beberapa bulan belakangan mengalami krisis pasokan air bersih, sehingga air yang ada digunakan secara massal. Kondisi ini diperparah dengan momentum pasca Idulfitri yang banyak dipilih untuk menggelar hajatan, sehingga makanan yang disuguhkan tidak terjamin kebersihannya dan diduga sebagai salah satu penyebab penyebaran virus hepatitis A.

(Baca: Cacar Monyet Sampai Singapura, Kemenkes Jaga Tanjung Pinang dan Batam)

Gejala dan Solusi Pencegahan Hepatitis A

Menurut alodokter.com, penderita hepatitis A biasanya baru sadar terinfeksi setelah adanya gejala fisik berupa perubahan warna kulit dan bagian putih matanya menjadi agak menguning. Bahkan, dalam laporan Situasi dan Analisis Hepatitis oleh Pusat Data dan Informasi Kemenkes disebutkan bahwa penyakit jenis ini tergolong penyakit kronis yang menahun. Hal tersebut lantaran pengidap yang baru terinfeksi virus tidak akan menyadari bahwa dirinya telah tertular dan merasa masih sehat, sementara itu virus tersebut akan terus menular kepada orang-orang lainnya.

Gejala lainnya yang juga biasa muncul ialah pengidap hepatitis A akan mengalami demam, sakit kepala hingga mual dan muntah. Warna urin menjadi lebih gelap bahkan pengidapnya juga akan mengalami peradangan pada organ hati.

Secara umum, infeksi pada organ hati akibat hepatitis A tidak akan menyebabkan penyakit liver yang kronis. Meski begitu, pada kasus tertentu virus ini justru dapat berdampak serius dan perlu penanganan yang intensif.

(Baca: Wali Kota Risma Dirawat, Waspadai Gejala Asma dan Maag )

Bagi pengidap yang telah berusia lanjut atau pengidap yang telah memiliki penyakit liver kronis sebelumnya, sangat mungkin mereka mengalami komplikasi yang fatal berupa gagal ginjal. Begitu pula dengan ibu hamil, mereka berisiko mengalami kelahiran prematur, termasuk risiko mengalami ketuban pecah dan solusio plasenta (lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan).

Untuk mencegah hepatitis A, masyarakat harus menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan. Dimulai dengan membiasakan untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menghindari penggunaan bersama barang-barang pribadi seperti handuk ataupun sikat gigi, dan memastikan pola konsumsi makanan yang sehat.

Sementara bagi masyarakat yang telah terjangkit penyakit ini, pengobatannya harus dilakukan melalui pemeriksaan dokter. Selain itu, penderita hepatitis A harus beristirahat yang cukup, menjaga asupan cairan tubuh, dan menjaga pola makan yang teratur.

Penulis : Abdul Azis Said (magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...