Pertamina Percepat Pembangunan Kilang Bontang
PT Pertamina (Persero) berupaya mempercepat pembangunan kilang baru alias Grass Root Refinery (NGRR) Bontang. Pasalnya, proyek yang masuk dalam daftar proyek strategis nasional ini seharusnya sudah memasuki masa konstruksi pada 2019.
Salah satu upaya Pertamina untuk mempercepat pembangunan kilang Bontang dengan melaksanakan lelang rancangan konstruksi alias Engineering, Procurement and Construction (EPC) dan desain awal (Front End Enginering Design/FEED) secara bersamaan. Dengan cara tersebut hanya akan ada satu kontraktor yang mengerjakan EPC dan FEED.
Diharapkan upaya tersebut bisa mempercepat pembangunan kilang Bontang selama satu tahun dan membuka peluang efisiensi biaya. "Namanya dual feed competition. Itu di Kilang Exxonmobil Singapore kemarin juga begitu. Jadi sekali lelang saja," ujar Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang di Kantor Pusat Pertamina, Senin (27/5) malam.
Pertamina juga akan mempercepat proses lelang agar pembangunan kilang Bontang bisa segera dimulai. Caranya dengan melakukan kunjungan ke beberapa perusahaan yang memiliki reputasi yang bagus dalam mengerjakan proyek kilang.
"Nanti akan ada roadshow ke perusahaan-perusahaan yang memang ada reputasi membangun, untuk melakukan percepatan. Itu bisa maju 1-2 tahun, " ujar Tallulembang.
(Baca: Garap 6 Proyek Kilang, Pertamina Bidik Kapasitas Produksi 2 Juta Barel)
Biarpun begitu, Pertamina masih terhalang masalah lahan. Pertamina kekurangan lahan untuk membangun komplek kilang dan petrokimia di Bontang.
"Kalau yang dituangkan di dalam Keputusan Menteri kan hanya kilang saja, sementara kami pengennya sama petrokimia, kalau itu jadi tidak cukup," ujarnya
Sedangkan dari segi pendanaan, Pertamina hanya akan melakukan evaluasi kesiapan pendanaan oleh mitra yang ditunjuk dalam proyek kilang Bontang, yaitu Over Seas Oil & Gas LLC (OOG). Pertamina saat ini memiliki saham sekitar 10-30 perse, dan sisanya dimiliki oleh OOG. OOG bertanggungjawab terhadap pendanaan dan pasokan minyak mentah untuk kilang Bontang.
Total nilai investasi untuk proyek ini sebesar Rp 197,58 triliun. Dana tersebut digunakan untuk membangun kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari dan pabrik Petrokimia. Diharapkan proyek ini bisa mulai beroperasi pada 2025.