Mulai Bulan Ini, Pertamina Hentikan Impor Solar dan Avtur
PT Pertamina (Persero) menyatakan siap untuk menjalankan instruksi pemerintah untuk menghentikan impor solar dan avtur. Pertamina bahkan sudah menghentikan impor avtur dan solar mulai Mei 2019.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan Pertamina biasanya mengimpor pertamax, premium, solar, dan avtur. Namun mulai April 2019, Pertamina telah menghentikan impor avtur.
Rata-rata setiap tahun impor avtur Pertamina mencapai 8-10 juta kiloliter (KL). "Dengan kami optimalkan kilang, termasuk di Plaju dan Cilacap, kami sekarang sudah mandiri avtur mulai April,"kata Nicke ketika ditemui di Gedung DPR/MPR RI pada Selasa (15/5).
Khusus solar, Nicke bilang Pertamina akan mulai setop impor pada Mei 2019. Tiap tahunnya, Pertamina mengimpor solar mencapai sekitar 12-15 juta KL.
"Untuk pengadaan impor avtur dan solar, sejak bulan ini ke depan tidak ada lagi. Ini juga penghematan setelah penurunan impor crude sejak Januari dan produk mulai April, dimulai dengan avtur dan solar,"ujar Nicke.
Lebih lanjut Nicke bilang Pertamina bisa menghentikan impor solar karena program B20 yang diberlakukan secara nasional di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina. Sementara untuk Avtur karena produksi avtur yang lebih tinggi di kilang-kilang Pertamina.
"Sejumlah kilang Pertamina terbukti mampu menghasilkan produksi avtur yang lebih tinggi dibanding sebelumnya. Beberapa kilang utama penghasil avtur adalah Refinery Unit IV Cilacap, Refinery Unit V Balikpapan, Refinery Unit II Dumai, dan Refinery Unit VI Balongan,"ujar Fajriyah kepada Katadata pada Selasa (15/5).
(Baca: Pertamina Sebut Konsumsi Avtur Tahun 2019 Turun)
Dari data Pertamina, kemampuan produksi solar plus biosolar Pertamina secara normal bisa mencapai 12 juta barel per bulan. Sementara kemampuan produksi avtur Pertamina secara normal bisa mancapai 2.8 juta barel per bulan.
Lebih lanjut Nicke mengatakan Pertamina baru mampu menghentikan impor solar dan avtur. Sementara BBM jenis lainnya masih perlu impor karena kapasitas kilang yang terbatas.
"Karena kapasitas kilang kami belum bertambah, jadinya yang bisa kami lakukan adalah optimalkan saja produksi kilang, baik dari jenis maupun volumenya,"kata Nicke.
Maka tidak heran jika pemberhentian impor Pertamina belum signifikan terhadap penurunan impor migas. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas April 2019 naik 46,99% dibanding Maret 2019 menjadi US$ 2,24 miliar. Biarpun jika dibandingkan April 2018 menurun sebesar 3,99%.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Djoko Siswanto optimis impor migas bisa turun ke depannya dengan penghentian impor solar dan avtur. Ditambah dengan turunnya impor minyak mentah.
"Kami juga gunakan gas lebih banyak di dalam negeri dari tahun ke tahun, tidak kami ekspor. Sudah dua itu saja impor bisa menurun,"kata Djoko.
(Baca: Jelang Ramadan dan Lebaran, Nilai Impor April 2019 Naik 12,5%)