Buleleng Berhasil Tangani Gizi Buruk Balita
Pemerintah Kabupaten Buleleng berhasil menangani seluruh balita yang mengalami gizi buruk sepanjang tahun lalu.
“Jumlah gizi buruk pada 2018 di Buleleng mencapai 0,050% dan rata-rata karena ada penyakit penyerta, seperti jantung bawaan dan lain-lain, yang semuanya bisa kami tangani,” kata Kepala Dinas Kesehatan, dr. I Gusti Nyoman Mahapramana.
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Buleleng selama periode 2013-2017, pada 2017, dari 70.940 balita di Kabupaten Buleleng ditemukan 20 balita mengalami gizi buruk atau 0,02%. Seluruhnya, juga telah telah mendapatkan perawatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng menempuh cara unik untuk memantau perkembangan balita, termasuk mengadakan kegiatan Lomba Balita Indonesia. Langkah ini untuk mengingatkan semua pihak agar memperhatikan perkembangan tumbuh kembang dan kesehatan balita.
Upaya lainnya adalah terus meningkatkan jumlah kunjungan ke layanan kesehatan. Di Kabupaten Buleleng, jumlah bayi dan jumlah kunjungan neonatus tiga kali (KN Lengkap) pada 2017 adalah 11.064 dan 10.947 atau sebesar 99% dari target 95%. Sementara kunjungan bayi 11.658, melampui target 100%. Prosentase capaiannya 105,4%.
Namun, jumlah kunjungan ibu hamil ke pusat layanan kesehatan masih belum mencapai target. Kunjungan ibu hamil K4 (kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan kebidangan paling sedikit empat kali) misalnya, baru 89,4% dari target Rencana Pembangan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebesar 95%.
Angka kematian bayi di Kabupaten Buleleng terus berkurang. Hingga 2017, dari 1.000 kelahiran hidup tercatat 39 bayi yang meninggal. Artinya, angka kematian bayi di Kabupaten Buleleng pada 2017 mencapai 4 per 1.000 kelahiran hidup atau lebih rendah dibanding dengan target RPJMD Kabupaten, yaitu 17 per 1.000 kelahiran hidup dan target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni 12 per 1.000 per kelahiran hidup.
Sedangkan angka kematian ibu, pada 2017 mencapai 83 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan target RPJMN 2015- 2019 sebesar 306 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu antara lain obstetri, yakni perdarahan, eklampsia, shick sepsis, maupun non-obstetri.
Angka kematian ibu ini berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil dan lain-lain.
Sementara itu, angka harapan hidup atau perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh penduduk, di Kabupaten Buleleng dari tahun ke tahun selama periode 2013-2017 menunjukan tren peningkatan.
Pada 2013 misalnya, masih tercatat di angka 70,58 dan pada 2017 meningkat menjadi 71,14. “Untuk tahun 2018, angka harapan hidup di Kabupaten Buleleng mencapai 7,15 dari target 7,25,” kata Pramana.
Dinas Kesehatan terus berupaya meningkatkan sumber daya manusia dan inovasi untuk memberikan layanan kesehatan terhadap sekitar 653.600 penduduk Buleleng (data 2017).
Salah satu layanan yang menjadi unggulan adalah Buleleng Emergency Service (BES), yakni sistem penanggulangan gawat darurat terpadu yang mampu meningkatkan akses layanan kesehatan masyarakat.
BES meraih Bali Otonomi Award 2017 untuk kategori pelayanan kesehatan dari Bali Institute of Pro Otonomi (BIPro).
Buleleng juga tengah mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Program ini melibatkan 448 posyandu aktif (2017) dengan rincian strata madya 268 desa, strata purnama 423 desa, dan strata mandiri 25 desa. Kabupaten Buleleng juga memiliki 148 desa siaga, 72 Poskesdes, dan 115 Posbindu. (*)