Apexindo Gaet Kontrak Baru Pengeboran Blok Mahakam dari Total
PT Apexindo Pratama Duta Tbk meraih kontrak pengeboran sumur minyak dan gas bumi (migas) baru di Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie yang diperkirakan senilai US$12 juta, atau sekitar sepertiga dari total pendapatan perusahaan pada semester kedua tahun 2016.
Kontrak yang diberikan kepada perusahaan nasional penyewaan anjungan pengeboran minyak (rig) terbesar ini rencananya mulai efektif pada 1 Juli nanti dan berlangsung sampai akhir Desember 2017. Jumlah sumur yang dibor di Blok Mahakam tersebut sebanyak 14 sumur, menurut Kristanto Hartadi, Head of Corporate Communication Total E&P Indonesie.
“(Pengeborannya) menggunakan rig Maera milik Apexindo,” katanya kepada Katadata, Selasa pekan lalu (13/6). Kristanto menambahkan bahwa kontrak tersebut merupakan kontrak baru setelah kontrak pengeboran sembilan sumur di Blok Mahakam oleh Apexindo berakhir pada Maret 2017.
(Baca: Pengeboran Sumur di Blok Mahakam yang Dibiayai Pertamina Mulai Juli)
Kristanto tidak bersedia menyebutkan nilai kontrak yang dikantongi Apexindo ini. Namun, sebagai gambaran, dalam materi paparan publik akhir 2016, manajemen Apexindo mengungkapkan bahwa tarif sewa harian jack-up rig saat ini terus melorot menjadi sekitar US$ 55 ribu-65 ribu seiring dengan penurunan harga minyak dunia. Dengan kurs Rp 13.300 per dolar AS saat ini, tarif sewa hariannya maksimal hampir Rp 900 juta.
Jika mengacu kepada masa kontrak baru pengeboran Blok Mahakam selama enam bulan maka nilai sewa satu rig tersebut mencapai sekitar US$12 juta atau Rp 160 miliar.
Industri penyewaan rig sangat tergantung dari pergerakan harga minyak dunia yang sampai sekarang masih rawan, atau belum menunjukkan tanda-tanda penguatan yang berarti. Pangkal masalahnya adalah permintaan masih lemah sementara pasokan trrus bertambah.
Hal ini telah menyebabkan terus menurunnya pendapatan Apexindo, yang mencerminkan keadaan serupa di industri penyewaan rig di dunia. Apexindo membukukan pendapatan sebesar US$ 30-an juta pada semester kedua 2016, dibanding US$ 71,3 juta pada semester pertama pada tahun yang sama. Adapun, pendapatan tahun 2015 tercatat sebesar US$ 246,3 juta.
(Baca: Arcandra Kaji 3 Insentif Permintaan Total dan Inpex di Blok Mahakam)
Harga saham emiten berkode APEX ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama setahun terakhir telah turun sebesar 45 persen menjadi Rp 1.780 per saham pada Jumat lalu (16/6). Harga saham perusahaan sejenis Ezion Holdings Ltd di bursa saham Singapura turun 48 persen setahun terakhir, sementara Transocean Ltd di bursa saham Amerika turun 24 persen.
Total akan memulai kembali proses pengeboran sejumlah sumur di Blok Mahakam pada awal Juli nanti. Perusahaan energi asal Perancis tersebut melibatkan Apexindo, yang memang selama 25 tahun terakhir ini telah menjalin kemitraan di Blok Mahakam, Kalimantan Timur.
Pengeboran 14 sumur itu dilakukan untuk PT Pertamina Hulu Mahakam. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini merupakan operator baru Blok Mahakam yang akan menggantikan Total setelah kontraknya habis pada akhir tahun ini. Cara ini ditempuh agar produksi Blok Mahakam tidak anjlok pasca beralihnya operator dan hak kelola blok tersebut.
“Kami berharap dapat kembali terlibat aktif mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi di Blok Mahakam setelah transisi pengelolaannya ke Pertamina Hulu Mahakam,” tulis manajemen Apexindo dalam laporan keuangan 2016 yang baru diumumkan awal pekan lalu.
Pada 2015, Apexindo masih mengoperasikan tiga rig swampbrage di Blok Mahakam. Namun, di akhir tahun lalu, hanya tersisa satu rig yang beroperasi seiring menurunnya aktivitas pengeboran di Blok Mahakam akibat akan beralihnya kontrak pengelolaan blok tersebut.
(Baca: Pertamina Hanya Danai Pengeboran 14 Sumur di Blok Mahakam)
Alhasil, pendapatan Apexindo langsung terpukul. Pendapatan berupa kontrak pengeboran dari Total ---yang merupakan kontributor terbesar pendapatan Apexindo, pada 2016 hanya US$ 29,45 juta. Jumlahnya jauh melorot dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 150,36 juta.
Dampak lanjutannya, pendapatan Apexindo tahun 2016 sebesar US$ 105,2 juta atau anjlok 57,3 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 246,3 juta. Ujung-ujungnya, perusahaan ini menderita rugi bersih sebesar US$ 19,58 juta pada tahun lalu, setelah meraup laba US$ 19,75 juta pada 2015.
Per akhir 2016, PT Aserra Capital memiliki mayoritas saham Apexindo dengan porsi 73,97 persen, sedangkan pemegang saham publik sebanyak 14,96 persen.