Demi APBN, Jokowi Dukung Indonesia Keluar dari OPEC
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mempermasalahkan langkah Indonesia keluar dari organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC). Alasannya, langkah tersebut bertujuan memperbaiki kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut Presiden, perbaikan APBN lebih penting di tengah seretnya penerimaan yang berujung kepada pemangkasan anggaran negara. "Untuk perbaikan APBN, kalau memang harus keluar lagi tidak masalah," kata Jokowi saat membuka rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri(Kadin) Indonesia di Jakarta, Kamis (1/12).
(Baca: Indonesia Bekukan Sementara Keanggotaan di OPEC)
Jokowi menjelaskan, Indonesia sebelumnya memutuskan bergabung kembali ke OPEC karena ingin mendapatkan informasi naik-turunnya harga dan kondisi persediaan minyak di setiap negara.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi dan Migas Bobby Gafur Umar mendukung langkah Pemerintah Indonesia yang membekukan keanggotaannya. Alasannya, kalau hal itu tidak dilakukan, Indonesia harus ikut menurunkan produksi minyak.
Padahal, Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak. ”Jadi keputusan Menteri ESDM sudah tepat, kami mendukung,” kata Bobby.
Dalam sidang ke-171 OPEC di Wina, Austria, Rabu (30/11) kemarin, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memutuskan untuk membekukan sementara keanggotaannya di OPEC. Alasannya, keputusan OPEC memangkas produksi minyak dinilai tidak sejalan dengan kepentingan Indonesia yang ingin meningkatkan penerimaan dari minyak dan gas bumi (migas).
Seperti diketahui, sidang OPEC memutuskan pemotongan produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari. Indonesia sendiri diminta untuk memotong sekitar 5 persen dari produksinya yang berarti berjumlah sekitar 37 ribu barel minyak per hari.
Indonesia sebelumnya pernah membekukan keanggotaannya di OPEC pada tahun 2008 yang berlaku efektif setahun kemudian. Meski begitu, Indonesia tetap menjalin hubungan baik dengan OPEC dan menjalin hubungan bilateral dengan sejumlah negara anggota OPEC.
(Baca: OPEC Sepakat Pangkas Produksi, Harga Minyak Melonjak 8 Persen)
Di sisi lain, Bobby menilai, keputusan OPEC memangkas produksi akan menaikkan harga minyak. Bagi industri yang memerlukan bahan baku minyak, keputusan ini akan memukul bisnisnya. Namun, kenaikan harga minyak juga akan menguntungkan industri migas.
Menurut Bobby, industri migas sudah mati suri hampir tiga tahun akibat melemahnya harga minyak dunia. Lemahnya harga minyak dunia membuat kontraktor menghentikan eksplorasi. Hal ini berdampak pada industri penunjang sektor migas. (Baca: Empat Keuntungan Indonesia Kembali Masuk OPEC)
Dengan kenaikan harga minyak diharapkan dapat menggairahkan eksplorasi. Apalagi di Indonesia banyak sumber minyak di laut dalam. “Itu tidak ekonomis dengan harga minyak sekarang kalau dilakukan pengeboran, tetapi kalau harga naik akan lebih ekonomis,” ujar Bobby.