Chevron Ajukan Perpanjangan Kontrak Blok Rokan ke Pemerintah
Pemerintah tengah mengkaji kelanjutan beberapa blok minyak dan gas bumi (migas) yang akan berakhir masa kontraknya. Salah satunya Blok Rokan di Riau yang dikelola Chevron Indonesia. Blok migas ini akan berakhir kontraknya pada 2021 mendatang.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan Chevron Indonesia selaku operator sudah menyampaikan perpanjangan Blok Rokan kepada pemerintah. "Seingat saya iya (mengajukan), tapi masih lama kan habis kontraknya," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (28/10).
(Baca: Pemerintah Masih Tunggu Pengajuan Perpanjangan Kontrak Blok Migas)
Meski sudah mengajukan perpanjangan, Arcandra mengatakan sampai saat ini pemerintah belum memutuskan nasib blok tersebut. Ada beberapa pertimbangan untuk pengelolaan Blok Rokan setelah kontraknya yang sekarang, berakhir.
Saat ini pemerintah telah memiliki beberapa opsi untuk blok migas yang sudah habis masa kontraknya dan merupakan perpanjangan kedua. Salah satunya dengan menerapkan skema seperti yang dilakukan di Blok Mahakam. “Sedang kami kaji. Banyak hal yang mesti kami pertimbangkan, casenya Mahakam,” ujar dia.
Di Blok Mahakam, pemerintah memutuskan menyerahkan 100 persen pengelolaan ke PT Pertamina (Persero), setelah kontrak dengan Total E&P Indonesie berakhir. Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation selaku kontraktor masih bisa mendapatkan hak pengelolaan di blok tersebut, dengan porsi maksimal 30 persen.
(Baca: Pertamina Akan Dapat Blok Migas yang Masa Kontrak Kedua Habis)
Sekadar informasi, Blok Rokan merupakan salah satu blok yang menopang kinerja produksi siap jual (lifting) minyak nasional. Namun karena blok tersebut tergolong blok yang mature atau sudah tua maka kemampuan produksinya pun mulai menurun.
Blok ini sempat menjadi penyumbang 40 persen produksi minyak nasional, tapi sekarang sudah di bawah itu. Tahun depan, blok ini diperkirakan hanya mampu mencapai lifting 228.900 barel per hari (bph). Padahal, produksinya tahun ini bisa mencapai 250.900 bph.
Presiden Direktur Chevron Indonesia Albert Simanjuntak pernah mengatakan ada dua penyebab penurunan lifting Blok Rokan. Selain umurnya yang sudah tua, ada juga penundaan pengembangan proyek North Duri Development (NDD) Area 14
Dengan adanya dua penyebab utama tersebut, laju penurunan produksi Blok Rokan diperkirakan makin melebar. Penurunannya bisa mencapai 11,6 persen, atau lebih tinggi dari laju rata-rata penurunan produksi tahuh ini sebesar 10,5 persen.
(Baca: Lifting Minyak Tujuh Kontraktor Lebih Rendah dari Target 2016)
Menurut Albert, Chevron telah mengebor sekitar 400-500 sumur per tahun. Ini dilakukan demi memanfaatkan momentum harga minyak dunia yang tinggi selama 5-6 tahun, sebelum turun pada pertengahan 2014.
Sejak 2015 keekonomian lapangan menurun dan membuat pengembangan lapangan tidak ekonomis. "Rokan juga akan berakhir 2021, di mana keekonomian sumur lebih sulit," kata dia di rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, bulan lalu.