Pasokan Berkurang, Harga Minyak Dunia Menuju US$ 40

Maria Yuniar Ardhiati
7 Maret 2016, 18:43
Pengeboran minyak lepas pantai.
KATADATA

Di sisi lain, prospek permintaan minyak dunia menemui titik cerah. Februari lalu, jumlah pekerja AS di sektor nonpertanian meningkat sebesar 242 ribu orang. Dua bulan sebelumnya, jumlah tersebut meningkat 300 ribu orang. Kenaikan angka pekerja ini bisa menambah permintaan terhadap minyak karena peningkatan pengguna kendaraan yang bepergian ke tempat kerja.

Sementara itu, Perdana Menteri Cina Li Keqiang menetapkan target pertumbuhan Cina minimal 6,5 persen dalam lima tahun mendatang. Target tersebut menumbuhkan optimisme bahwa tren perlambatan ekonomi Cina bakal terhenti sehingga tidak mengganggu perekonomian global. “Impor minyak Cina akan tetap kuat, karena produksi minyak mentah domestik turun dan permintaan minyak luar negeri dari kilang independen meningkat,” kata Gao Jian, analis energi dari SCI International di Shandong, Cina, seperti dikutip Wall Street Journal.

Namun, kenaikan harga minyak lebih lanjut masih menjadi tanda tanya. Pelaku pasar sedang menunggu data perdagangan Cina periode Februari 2016, yang akan dirilis Selasa besok (8/3). Sedangkan aporan mingguan persediaan dan produksi minyak mentah Amerika Serikat akan dikeluarkan Rabu nanti (9/3). “Data ekonomi yang dirilis di Cina pada pekan ini, akan menentukan keberlanjutan pulihnya harga minyak,” kata analis ANZ.

(Baca: Ketahanan Energi Terancam Akibat Rendahnya Harga Minyak)

BMI Research, anak lembaga pemeringkat Fitch Group, memprediksi empat hingga enam pekan mendatang akan menentukan nasib harga minyak. Membengkaknya persediaan minyak mentah dan melemahnya permintaan musiman masih berpotensi menggerus harga minyak dunia.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro melihat, kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini bersifat sementara. "Penguatan itu hanya harian, jangka pendek," ujarnya kepada Katadata, Senin (7/3). Ia memprediksi harga minyak bisa kembali di bawah US$ 40 per barel dalam beberapa hari ke depan. Pasalnya, para pelaku pasar memang menginginkan kenaikan harga. "Kenaikan harga yang bersifat sementara ini biasanya diciptakan para pelaku pasar atau spekulan. Biasa, seperti di pasar saham." 

Padahal, secara fundamental, tidak ada alasan yang cukup kuat untuk kenaikan harga karena pasokan minyak masih berlebih. Ia menuturkan, jika ada keinginan memperkuat dan mempertahankan harga minyak, maka produksi harus dijaga. Namun, tentu saja negara-negara penghasil minyak seperti Arab, Iran, Amerika Serikat dan Brazil tidak mau menahan produksi. Apabila negara-negara tersebut menahan produksi, penerimaan negaranya akan berkurang. Selama langkah tersebut tidak dilakukan, harga minyak akan terus rendah sepanjang tahun ini.

Menurut Komaidi, ini saat yang tepat bagi pemerintah mengimpor minyak. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan pemanfaatan momentum rendahnya harga minyak untuk membentuk cadangan minyak nasional. Yang menjadi masalah, Indonesia tidak memiliki tempat penyimpanan yang memadai. Pembelian bisa dilakukan jika Indonesia memiliki storage di luar negeri.

Halaman:
Reporter: Maria Yuniar Ardhiati, Miftah Ardhian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...