Investor Dijanjikan Untung Besar dari Kilang Tuban
KATADATA - Melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah terus menggenjot percepatan proyek strategis. Satu di antaranya proyek di sektor migas yakni pembangunan kilang baru di Tuban, Jawa Timur dan Bontang, Kalimantan Timur. Untuk membangun Kilang Tuban, PT Pertamina sudah mengantongi lima calon investor yang akan diumumkan pemenangnya pada akhir bulan ini.
Perusahaan pelat merah itu memutuskan membangun kilang secara terintegrasi dengan petrokimia. Sebab, lahan Kilang Tuban berdekatan dengan kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang telah diakuisisi Pertamina beberapa bulan lalu. Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan integrasi industri ini akan membuat tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate of Return (IRR) menjadi lebih baik, sehingga lebih menguntungkan investor.
“Yang jelas, kalau kilang minyak saja, IRR- nya kurang begitu bagus,” kata Rachmad usai peresmian Universitas Pertamina di Jakarta, Kamis, 11 Februari 2016. Namun saat ini ada beberapa hal yang harus didiskusikan Pertamina sebelum menetapkan persentase IRR. Apalagi, kata dia, Pertamina akan mengumumkan pemenang investor Kilang Tuban akhir bulan ini. (Baca: Pembangunan Kilang Tuban Bisa Dimulai Tiga Bulan Lagi).
Beberapa hal yang masih dibahas terkait masalah teknis pembangunan kilang yang mesti mendapatkan klarifikasi dari calon investor. Selain itu, Pertamina sedang mendiskusikan insentif bagi investor, misalnya seberapa jauh dampak kemudahan yang diberikan pemerintah terhadap membangun proyek kilang baru. “Insentifnya apa saja, juga masih dalam pendalaman,” kata dia.
Menurut Rachmad, ada dua tahapan yang dikerjakan secara paralel. Pertama, melengkapi data teknis kilang dengan melakukan studi dasar basic engineering design (BED). Kedua, menyiapkan lahan atau site preparation. Proses ini ditargetkan selesai akhir tahun ini. Sebab Pertamina juga mesti menyiapkan peralatan untuk membangun kilang agar proses peletakan fondasi pertama atau groundbreaking dimulai pertengahan 2018.
Untuk lahannya sendiri, Rachmad mengatakan tidak ada masalah sebab sudah mendapat izin legal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lahan seluas 340 hektare itu milik Kementerian Lingkungan. Ada pula tanah 64 hektare yang masih dalam kawasan TPPI. Sehingga, total lahan pembangunan Kilang Tuban 400 hektare. (Lihat pula: Investor Asal Arab dan Rusia Berebut Garap Proyek Kilang Tuban).
Proses pengerjaan secara bersaman ini supaya proyek selesai tepat waktu. Apalagi, Kilang Tuban masuk dalam proyek percepatan pembangunan infrastruktur yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 146 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak di Dalam Negeri. Pemerintah mentargetkan kedua kilang, Tuban dan Bontang, rampung dalam empat tahun.
Saat ini, calon investor Kilang Tuban sudah mengerucut pada Saudi Aramco dari Saudi Arabia, Kuwait Petroleum Inc dari Kuwait, dan Sinopec dari China. Lalu ada Indian Oil dan Rosneft dari Rusia, serta perusahaan konsorsium Thai Oil Thailand dan PTT GC Thailand. (Baca: Calon Investor Kilang Tuban Mengerucut Jadi Sembilan).
Pembangunan Kilang Tuban merupakan penugasan pemerintah kepada Pertamina dengan melibatkan swasta. Di situ, kepemilikan Pertamina mencapai 51 persen. Investasi dalam pembangunan kilang ini mencapai US$ 12 miliar atau sekitar Rp 165 triliun. Sekitar 40 persen sumber pendanaannya dari kas internal Pertamina, sisanya dari pinjaman. Adapun kapasitasnya mencapai 300 ribu barel per hari.
Sebelumnya, dalam Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nnasional, pemerintah memutuskan membangun beberapa proyek kilang sebagai proyek strategis. Selain Kilang Tuban, ada juga Kilang Bontang dan proyek revitalisasi kilang Pertamina. Kilang yang akan dibenahi ulang berada di Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.