Pertamina Kekurangan Kondensat untuk Produksi Kilang TPPI
KATADATA - PT Pertamina (Persero) menyatakan telah resmi menambah kepemilikannya di PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Meski kepemilikannya telah bertambah, Pertamina mengaku masih kesulitan mengoperasikan kilang TPPI secara penuh.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan saat ini pihaknya mengalami kesulitan pasokan bahan baku kondensat untuk produksi kilang TPPI. Akibatnya, kilang tersebut tidak bisa beroperasi secara maksimal.
Sejak mulai dioperasikan kembali pada 3 Oktober lalu, hingga sekarang kilang TPPI hanya mampu berproduksi 60 persen dari yang ditargetkan. Dengan kapasitas terpasang sebesar 100 ribu barel per hari (bph), kilang ini ditargetkan untuk berproduksi 80 ribu bph mulai bulan depan. Namun, saat ini produksinya hanya bisa mencapai 48 ribu bph.
"Mudah-mudahan November sudah bisa (produksi sesuai target). (Kebutuhan) kondensat ini kurang 40 persenan lagi," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/10).
(Baca: Bulan Depan, Impor Premium Bisa Berkurang 30 Persen)
Pasokan kondensat ini sebenarnya bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri. Namun, Pertamina tidak mampu mencukupi kebutuhan tersebut sendiri. Makanya, perusahaan migas negara ini meminta dukungan pemerintah terkait hal ini. Pertamina berharap pemerintah bisa mengalokasikan kondensat bagian negara untuk kilang TPPI.
Saat ini Pertamina telah resmi menambah kepemilikan sahamnya di TPPI, dari 26,61 persen menjadi 48,59 persen. Akuisisi ini dilakukan dengan membeli seluruh saham TPPI dari Argo Capital BV. “(Jika) ditambah dengan saham yang dimiliki PPA (PT Perusahaan Pengelola Aset), maka saham (negara) di atas 70 persen,” ujar Dwi.
Dengan kepemilikan saham yang besar, negara bisa mengendalikan operasional kilang TPPI berproduksi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Rencananya kilang tersebut akan dimaksimalkan untuk memproduksi bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Dwi, dengan memproduksi 80 ribu bph, kilang TPPI mampu mengurangi impor BBM hingga 10 persen. Pengurangan impor ini bisa menghemat devisa dan diharapkan mampu memperkuat nilai tukar rupiah.
Setiap harinya Pertamina masih harus mengimpor BBM sebesar 700 ribu barel untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan dolar untuk melakukan impor BBM tersebut sangat besar, mencapai US$ 70 juta – US$ 80 juta per hari. Jika kilang TPPI bisa berproduksi penuh, kebutuhan dolar Pertamina untuk mengimpor BBM bisa berkurang hingga US$ 8 juta per hari.