Riwayat Perjalanan Virus Corona Sampai ke Indonesia

Image title
19 Mei 2020, 15:23
Data Nexstrain menunjukkan seluruh virus corona yang ada di Indonesia berasal dari Tiongkok, tapi sempat singgah lebih dulu di beberapa negara lainnya.
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/pras.
Petugas Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan rapid test untuk pengunjung di Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (18/5/2020). Data Nexstrain menunjukkan seluruh virus corona yang ada di Indonesia berasal dari Tiongkok, tapi sempat singgah lebih dulu di beberapa negara lainnya.

Keenam, sampel berkode JKT-EIJK02/2020 yang dikirimkan Eijkman mirip dengan virus corona di Singapura. Perjalanan virus ini dari Tiongkok menuju Inggris. Melanjutkan perjalanan lagi ke AS. Dari AS menuju Singapura dan akhirnya tiba di Indonesia. Genom ini didapat dari hasil tes PCR pasien lelaki berusia 77 tahun di laboratorium RS Pondok Indah.

Ketujuh, sampel berkode JKT-EIJK03/2020 yang dikirimkan Eijkman mirip dengan virus corona di AS. Riwayat perjalanannya dari Tiongkok menuju Inggris. Dari Inggris melanjutkan ke AS dan akhirnya tiba di Indonesia. Sampel ini didapat dari hasil tes PCR atas pasien corona wanita berusia 25 tahun di laboratorium RS Pondok Indah, Jakarta.

Kedelapan, sampel berkode JKT-EIJK04/2020 yang dikirimkan Eijkman mirip dengan virus corona di Singapura. Riwayat perjalananya dari Tiongkok singgah ke Inggris, berlanjut ke Singapura, dan akhirnya sampai di Indonesia. Sampel ini didapat dari hasil tes PCR terhadap pasien corona laki-laki berusia 62 tahun di laboratorium RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.

Kesembilan, sampel berkode ITD3590NT/2020 yang dikirimkan LPT UNAIR mirip dengan virus corona di Arab Saudi. Riwayat perjalanan virus ini adalah dari Tiongkok ke Jerman. Dari Jerman berlanjut ke Inggris, lalu ke AS. Dari AS ke Arab Saudi sebelum akhirnya sampai di Indonesia. Sampel ini didapat dari hasil tes PCR terhadap pasien perempuan berusia 53 tahun di laboratorium RS Dr Soetomo, Surabya.

Selain jalur penyebaran, data Nexstrain juga menunjukkan perkiraan moyang genom virus di Indonesia sudah berada di negeri ini sejak akhir Januari. Misalnya, sampel EJ-ITD853SP/2020 yang moyangnya sudah berada di Indonesia pada 12 Januari 2020 sebelum bermutasi menjadi genom tersebut.

(Baca: Risiko New Normal dan Berdamai dengan Corona ala Jokowi)

Membuka Peluang Epidemologi Molekuler

Riwayat tersebut, kata Amin Soebandrio dapat digunakan menelusuri pergerakannya di dalam negeri. Caranya dengan menelusuri pergerakan pasien postif dan yang pernah berkontak dengannya, lalu diverifikasi dengan data molekuler yang tersedia.

“Namanya epidemologi molekuler, di mana kita akan mengetahui apakah satu orang dengan orang lain yang diduga berkontak itu virusnya sama,” kata dia seperti dilansir BBC.

Amin mengilustrasikannya, apabila si B positif setelah dicurigai berkontak dengan si A yang lebih dulu positif, harus dibuktikan lagi dengan melihat genom virus keduanya. Jika mirip, maka si A benar menularkan ke si B.

Indonesia memiliki aplikasi bernama Peduli Lindungi untuk menelusuri pergerakan pasien positif corona. Namun, pemerintah belum pernah mengumumkan hasil penelusuran melalui aplikasi ini ke publik. Sehingga belum dapat diketahui tingkat efektifitasnya.

Namun, pakar virologi Surya University Sidrotun Naim menyatakan dibutuhkan lebih banyak sekuens genom agar epidemologi molekuler bisa berjalan dengan baik. Setidaknya dibutuhkan 100 sekuens untuk membuat kesimpulan akurat. Kini di Indonesia baru ada 15 sekuens dengan 9 yang utuh.

(Baca: Studi Terbaru, Sel T Bantu Pasien Virus Corona Pulih)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...