Yang Perlu Disiapkan Jika Indonesia Masuk Jurang Resesi
Sebaliknya, Tiongkok berhasil keluar dari ancaman resesi. Pada kuartal I 2020, ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut terkontraksi 6,8%. Namun, berhasil membalikkan keadaan dan tumbuh positif pada kuartal II 2020 sebesar 3,2%.
Potensi Resesi
Walaupun penentuan resesi atau tidak masih dua bulan lagi, ada baiknya masyarakat bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Apalagi, beberapa pengamat melihat Indonesia mustahil terhindar dari resesi.
Bagaimana tidak, seluruh komponen pengeluaran mencatatkan minus pada kuartal kedua. Begitu juga dengan mayoritas lapangan usaha negatif meski ada momen lebaran yang dalam kondisi normal selalu bisa diharapkan mengerek pertumbuhan.
Untuk komponen berdasarkan pengeluaran terlihat tingkat konsumsi masyarakat minus 5,51%. Kemudian, investasi minus 8,61%, ekspor minus 11,66%, impor minus 16,96%, konsumsi pemerintah 6,9%, dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) minus 7,76%.
Lalu dari lapangan usaha, sektor transportasi dan pergudangan minus hingga 30,84% karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Diikuti oleh sektor akomodasi dan makan minum yang minus 22,02%, jasa lainnya minus 12,6%, dan jasa perusahaan minus 12,09%.
Selanjutnya, perdagangan minus 7,57%, konstruksi minus 5,39%, administrasi pemerintahan negatif 3,22%, industri negatif 6,19%, serta pengadaan listrik dan gas minus 5,46%.
Hanya tujuh sektor yang mampu tumbuh pada kuartal II 2020. Sektor itu adalah pertanian yang tumbuh 2,19%, informatika dan telekomunikasi tumbuh 10,88%, jasa keuangan tumbuh 1,03%, jasa pendidikan tumbuh 1,21%, real estate tumbuh 2,3%, jasa kesehatan tumbuh 3,71%, dan pengadaan air tumbuh 4,56%.
Lalu apa yang harus disiapkan kalau ekonomi mengalami resesi?
Yang Harus Dilakukan
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet menyatakan masyarakat sebaiknya meningkatkan porsi tabungannya di tengah ketidakpastian. “Jadi masyarakat menabung untuk mencegah hal-hal yang lebih buruk akan terjadi akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi," kata Yusuf.
Selain itu, masyarakat juga harus menyeleksi lagi barang-barang yang dibeli setiap bulannya. "Jadi lebih dihemat biar tetap ada sisa untuk menabung," kata Yusuf.
Seleksi belanja, menurut Yusuf, khususnya harus dilakukan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebab, pendapatan mereka umumnya hampir sama dengan kebutuhan bulanan.
Sedangkan untuk kelas menengah dan menengah atas, Yusuf menyarankan untuk menambah portofolio investasi. Salah satu instrumen yang bisa dipilih adalah surat berharga negara (SBN). Imbal hasil yang ditawarkan dinilai cukup menguntungkan dan investasi tersebut dijamin oleh pemerintah.
Instrumen lain yang bisa dilirik, menurut ekonom BCA David Sumual, adalah saham. Sebab, banyak saham perusahaan bonafide kini harganya lebih murah dibandingkan sebelum ada virus corona. "Saham kan sudah banyak sekarang yang valuasinya rendah," katanya.
Selain itu, masyarakat juga perlu melakukan inovasi dalam mencari pendapatan sehari-hari. Jangan sampai, masyarakat hanya mengandalkan pendapatan rutinnya saja. "Harus kreatif, harus berinovasi. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah, seperti jualan online," ujarnya.