Peta Vaksin Covid-19 Incaran Pemerintah, dari Tiongkok hingga UEA

Pingit Aria
25 Agustus 2020, 16:56
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020).
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/nz
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020).

Bio Farma (Persero) mematok harga vaksin corona di kisaran US$ 5 - 10 per dosis atau setara Rp 72.500 hingga Rp 145 ribu per dosisnya. Untuk mendapat hasil optimal, penyuntikan vaksin harus dilakukan dua kali dengan jeda empat pekan.

Dari Uni Emirat Arab

Tak mau hanya mengandalkan vaksin dari satu sumber, pemerintah juga membuka kerja sama dengan Uni Emirat Arab. Kerja sama itu dijalin melalui PT Kimia Farma Tbk dengan G42.  “Akan ada pembicaraan lanjutan antara Kimia Farma dan G42 terkait komitmen tersebut,” kata Retno, Sabtu (22/8).

Menurutnya, G42 telah berkomitmen untuk menyediakan 10 juta vaksin bagi Indonesia pada akhir 2020. Saat ini G42 sedang bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Tiongkok yakni Sinopharm untuk menggelar uji coba fase ketiga vaksin corona.

Hanya, ada kemungkinan harga vaksin ini lebih tinggi dari perkiraan. “Diperkirakan akan menelan biaya beberapa ratus yuan untuk satu suntikan. Dan untuk dua suntikan itu harus kurang dari seribu yuan (sekitar Rp 2,1 juta),” kata CEO Sinopharm Liu Jingzhen, dikutip Reuters.

Cari Sumber Alternatif

Pemerintah memang dianjurkan untuk mencari sumber vaksin alternatif. Sebab, saat ini belum ada vaksin yang telah mendapat lampu hijau dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tujuh kandidat vaksin yang paling maju masih pada tahapan uji klinis ketiga. Artinya, masih ada risiko efek samping saat vaksin itu diujikan ke ribuan orang. “Intinya tidak menguntungkan kita kalau hanya satu pihak,” kata Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman.

Dengan memegang komitmen dari beberapa produsen, pemerintah bisa memastikan masyarakat bisa mendapat akses vaksin terbaik secepat mungkin. Selain itu, tentu ada perhitungan soal harga.

Sebagai perbandingan, selain Sinovac dan Sinopharm, beberapa produsen lain juga telah memperkirakan biaya produksi vaksin masing-masing. Di antaranya, Moderna dari Amerika Serikat mematok harga US$ 32 - 37 per dosis (Rp 468,5 ribu sampai Rp 541,7 ribu).

Kemudian, vaksin Johnson & Johson sekitar US$ 10 (Rp 146,4) per suntikan. Pfizer mengonfirmasi pada Juli lalu, harga vaksinnya dibatasi US$ 20 per dosis. Di Inggris, Astra Zeneca dan Universitas Oxford menawarkan kandidat vaksinnya seharga US$ 3 per injeksi.

Semua perusahaan tersebut kemungkinan besar akan mengambil pendekatan dua dosis suntikan per orang.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...