Tepis Keraguan Para Ekonom, Jokowi Yakin Ekonomi Kuartal II Tumbuh 7%
Presiden Joko Widodo tetap optimis pertumbuhan ekonomi Indoesia pada kuartal II 2021 bisa mencapai 7%. Ia juga mengakui target tersebut diragukan oleh para ekonom lantaran ekonomi triwulan I masih minus 0,74%.
Jokowi menyampaikan keyakinannya ini lantaran dirinya telah mengantongi data perhitungan pertumbuhan kuartal II. Selain itu pemerintah juga akan menggenjot belanja demi mencapai target tersebut.
"Ekonom banyak sampaikan, (pertumbuhan ekonomi dari) minus 0,74% kok lompat jadi 7%," kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) se-Provinsi Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, Rabu (20/5).
Dalam kesempatan itu, Kepala Negara juga mengingatkan kepala daerah untuk mempercepat serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini dilakukan untuk menggerakkan perekonomian regional dan nasional. "Tolong provinsi, kabupaten, kota percepat belanja untuk gerakan ekonomi," katanya.
Di sisi lain, target pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai apabila angka penularan Covid-19 masih tinggi. Tak hanya itu, angka kesembuhan yang rendah hingga tingkat okupansi rumah sakit yang meningkat akan berpengaruh terhadap capaian pertumbuhan ekonomi.
"Ini menyangkut psikologis. Begitu Covid-19 masih menanjak, jangan berharap angka (7 persen) itu," ujar dia.
Sebelumnya, Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam memperkirakan ekonomi triwulan kedua tahun ini akan kembali positif dalam kisaran yang cukup tinggi. "Meski tidak seoptimistis pemerintah yang sampai 7%, kami tidak berani seyakin itu," kata Piter.
Ia menilai, risiko Covid-19 saat ini masih sangat tinggi sehingga dirinya tak berani memproyeksi berlebihan angka pertumbuhan ekonomi kuartal II. Salah satu risiko tersebut yakni masih adanya gelombang kedua dan ketiga di negara lain yang memberikan dampak lebih besar dari gelombang pertama.
Kendati demikian, Piter tak menampik bahwa indikator perekonomian sudah menunjukkan pemulihan yang jauh lebih baik. "Ini tak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah," ujarnya.
Stimulus yang diberikan pemerintah, menurut dia, efektif menggerakkan ekonomi seperti insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada kendaraan bermotor dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor properti. Belum lagi, berbagai kebijakan tersebut didukung oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Dengan demikian, pengeluaran pemerintah yang bisa menggenjot konsumsi masyarakat dinilai ia perlu terus ditingkatkan.