Varian Delta Dominasi di Jakarta, Waspadai juga Penyebaran Kappa
Pemerintah mencatat sebanyak 90% kasus Covid-19 di Jakarta merupakan varian Delta atau B.1617.2 yang berasal dari India. Pakar epidemiologi juga meminta pemerintah dan masyarakat mewaspadai penyebaran varian Kappa yang juga cepat menular.
Varian Kappa ini telah ditemukan di Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan penemuan varian Kappa saat rapat koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada Selasa (29/6) lalu. Saat ini, Pemerintah DKI Jakarta dengan Kementerian Kesehatan sedang meneliti varian ini dengan potensi penyebarannya.
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan varian Kappa mudah menular seperti halnya Delta. "Data terakhir di Australia, hanya berpapasan kurang dari 10 detik saja dapat menularkan virus Kappa tersebut,” kata Dicky Budiman, kepada Katadata.co.id, Senin (5/7).
WHO saat ini sudah menyatakan bahwa varian Kappa telah masuk ke dalam kategori Variants of Interest (VoI). VoI adalah varian virus yang diidentifikasi memiliki potensi penularan yang tinggi atau sudah terdeteksi di banyak negara.
Seperti halnya varian Delta, Kappa ini pertama kali ditemukan di India. Kini varian Kappa sudah menyebar ke 27 negara seperti Inggris, Itali, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Singapura, dan Indonesia.
Reuters melaporkan varian Kappa menyumbang peningkatan kasus Covid-19 sebesar 17% di Italia. Sedangkan di Australia, varian Kappa tercatat mencapai 100 kasus di Victoria, Australia.
Meski penyebarannya tak semasif Delta, Kappa yang memiliki tingkat penularan tinggi merupakan ancaman yang berbahaya. “Varian Kappa memiliki secondary attack rate hampir 100%. Artinya, misal ada satu orang yang terinfeksi pulang ke rumah, maka seluruh anggota rumah akan tertular,” kata Dicky.
Perbedaan varian Delta dengan Kappa terletak pada kecepatan penularannya. Adapun gejala yang ditimbulkan relatif sama. “Sebetulnya untuk gejala, semua varian relatif sama, tidak ada yang khusus,” kata Dicky.
Pakar epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Laura Navika Yamani, mengatakan varian Kappa belum masuk pada kategori Variants of Concern (VoC), sehingga bukti ilmiah yang berkorelasi pada lonjakan kasus penderita seperti disebabkan varian Delta, belum ada. “Varian Kappa belum korelatif dengan lonjakan kasus di Indonesia seperti halnya varian Delta,” kata Laura.
Meski belum ditemukan data dan bukti lapangan yang tinggi, varian Kappa tetap harus diwaspadai. Penelitian yang mengatakan bahwa varian Kappa memiliki potensi penularan yang tinggi sehingga perlu diwaspadai.
“Status varian Kappa bisa meningkat menjadi Variants of Concern (VoC), apabila penyebarannya meluas. Dengan demikian, upaya pengendalian kasus dengan mencegah infeksi melalui 3T, 5M, dan vaksinasi harus terus dilakukan,” kata Laura.
Dilansir dari laman CDC, Variants of Concern (VoC) adalah varian virus yang telah terbukti berkontribusi pada peningkatan penularan virus. Secara kuantitatif dapat terukur dalam angka peningkatan rawat inap di rumah sakit ataupun angka kematian.
Para ahli mengatakan, meski penyebaran varian baru semakin meluas, pencegahan dan upaya menekan angka penderita corona masih tetap sama. Upaya konvensional seperti memakai masker, menjaga jarak, meminimalisasi interaksi dan mobilitas, serta sering mencuci tangan adalah sejumlah cara.
Langkah perlindungan lainnya lewat vaksinasi. Meski vaksin tidak menyebabkan 100% terhindar dari keterpaparan, vaksinasi dapat meningkatkan imun dan antibodi yang efektif mengurangi penularan virus corona jenis apa pun.
Penyumbang bahan: Akbar Malik Adi Nugraha
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan