BPS: Kepatuhan Memakai Masker di RI 88%, Luar Jawa Bali Lebih Rendah
Badan Pusat Statistik merilis hasil survei kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan selama pemberlakukan PPKM Darurat. Salah satu hasilnya, kepatuhan masker di luar Jawa Bali lebih rendah.
Kepala BPS Margo Yuwono mejelaskan, hasil survei menunjukkan, tingkat kepatuhan menggunakan masker cukup tinggi yakni mencapai 88,6% secara nasional. Di wilayah Jawa-Bali, angkanya bahkan mencapai 90,5%. Hanya 7,7% responden yang jarang dan 1,8% yang abai menggunakan masker.
"Kepatuhan di luar Jawa-Bali itu lebih rendah kalau dibandingkan Jawa-Bali, ini menjadi catatan penting karena bagaimana pun fasilitas kesehatan itu lebih bagus di Jawa Bali ,maka perlu mengantisipasi kemungkinan ledakan kasus di Covid-19 di luar Jawa Bali," kata Margo dalam konferensi pers virtualnya, Senin, (2/8).
Kasus Covid-19 mulai menurun di wilayah Jawa Bali, tetapi mulai terjadi kenaikan kasus Covid-19 di luar Jawa Bali. Salah satunya di tiga provinsi yang ada di Kalimantan, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Tingkat kepatuhan masyarakat di luar Jawa Bali masker sebesar 83,8%. Sebanyak 12,7% responden jarang dan 3,5% abai menggunakan masker.
Sementara tingkat kepatuhan masyarakat untuk menggunakan masker dua lapis di Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali ebih timpang. Angka kepatuhan di Jawa Bali mencapai 61,4%, sedangkan di luar Jawa Bali hanya mencapai 37,2%.
Tingkat kepatuhan untuk mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan handsanitizer masyarakat di pulau Jawa-Bali juga lebih tinggi yakni mencapai 78,6% dibandingkan luar Jawa Bali yang mencapai 17,6%. Terdapat 17,6% responden di Jawa Bali yang jarang dan 3,8% yang abai mencuci tangan. Sedangkan di luar Jawa Bali, terdapat 25,5% responden yang jarang dan 9,1% yang abai mencuci tangan.
BPS juga melihat, aspek kepatuhan untuk menghindari kerumunan juga cenderung lebih tinggi di Jawa-Bali. Tingkat kepatuhan di Jawa-Bali untuk menghindari kerumunan mencapai 82,3%, sedangkan di luar Jawa Bali mencapai 69%.
Sebanyak 15% responden di Jawa-Bali mengatakan jarang dan 2,7% abai dengan protokol kesehatan tersebut. Sementara di luar Jawa Bali, 24,2% responden mengatakan jarang dan 6,8% abai menghindari kerumunan.
Selain survei terhadap tingkat kepatuhan prokes masyarakat, BPS juga menunjukkan respon masyarakat terhadap alasan belum dilakukannya vaksinasi. Hasil survei menunjukkan alasan utama masyarakat belum melakukan vaksinasi karena masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksinasi yang mencapai 26,3% dari responden.
Sementara 21,2% mengatakan sudah mendaftar dan mendapatkan jadwal vaksinasi tetapi belum waktunya. Adapun 32,5% responden mengatakan alasan lainnya seperti ibu hamil, faktor kesehatan, serta akses sarana jalan yang sulit menuju tempat vaksinasi.
Di sisi lain, menurut dia, masih terdapat seperlima atau setiap satu dari lima orang yang belum vaksin mengatakan alasan adanya kekhawatiran terhadap kualitas vaksin. "Kalau ditanya kenapa belum melakukan vaksin sebanyak 20% khawatir terhadap efek samping dan juga tidak percaya terhadap efektivotas vaksin." ujarnya.
Survei BPS terkait perilaku masyarakat ini dilakukan melalu survei online kepada 212 ribu orang yang dilakukan pada rentang waktu 13 Juli hingga 20 Juli. Survei tersebut dilakukan berbeda dibandingkan survei-survei BPS lainnya, Margo menyebut survei ini dilakukan dengan metode sampling snowball atau secara berantai dari orang ke orang.
"Karena metodologinya probably sampling atau snowball tadi maka hasil yang disampaikan ini tidak mewakili seluruh masyarakat, hanya menggambarkan kondisi individu yg akses melalui sistem online yang kamipakai sehingga berbeda dengan survei-survei yng dilakukan BPS." kata Margo.
Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh respondne perempuan sebanyak 55,2% sementaranya sisanya 44,8% responden laki-laki. Secara spasial, jumlah responden 77,3% berasal dari wilayah Jawa dan Bali dan sisanya 28,7% dari luar dua pulau tersebut.